Verano menjelaskan bahwa ritual pengorbanan manusia besar dan kecil akan dilakukan sepanjang tahun bertepatan dengan tanggal-tanggal kalender penting suku Aztek. Ritual-ritual itu dilakukan untuk pemujaan, untuk membalikkan kekeringan dan kelaparan, dan banyak lagi.
Alasan pengorbanan manusia Aztek adalah, pertama dan terutama, masalah kelangsungan hidup. Menurut kosmologi Aztec, dewa matahari Huitzilopochtli mengobarkan perang terus-menerus melawan kegelapan, dan jika kegelapan menang, dunia akan berakhir. Agar matahari tetap bergerak melintasi langit dan melestarikan kehidupan mereka, suku Aztek harus memberi makan Huitzilopochtli dengan jantung dan darah manusia.
Ritual pengorbanan manusia juga memiliki tujuan lain dalam perluasan kerajaan Aztek pada abad ke-15 dan ke-16, yakni intimidasi. Pembunuhan ritual tawanan perang dan pameran tengkorak dalam skala besar adalah pengingat mendalam akan kekuatan kekaisaran dan luasnya kekuasaannya.
Tes DNA dari korban-korban yang didapat dari situs Templo Mayor menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka yang dikorbankan adalah orang-orang luar, kemungkinan tentara musuh atau budak.
Verano mengatakan bahwa di sepanjang sejarah dan budaya, munculnya ritual pengorbanan manusia sering kali bertepatan dengan munculnya masyarakat yang kompleks dan stratifikasi sosial. Ini adalah metode yang sangat efektif untuk mengintimidasi para pesaing dan menjaga agar orang-orang Anda tetap sejalan. Ia mencontohkan, lihat saja pertempuran para gladiator di Kekaisaran Romawi atau penguburan massal para pelayan dan tawanan bersama para firaun Mesir dan para raja Cina.
Baca Juga: Arkeolog Terpaksa Menguburkan Lagi Temuan dari Ibukota Aztec Lama
Selain mengiris jantung para korban dan menumpahkan darah mereka di altar kuil, diyakini bahwa suku Aztek juga mempraktikkan suatu bentuk ritual kanibalisme. Mayat korban, setelah dipenggal kepalanya, kemungkinan akan diberikan kepada bangsawan dan anggota masyarakat terkemuka lainnya.
Ilustrasi dari teks-teks abad keenam belas menggambarkan adanya bagian-bagian tubuh yang dimasak dalam panci besar. Selain itu, para arkeolog juga telah mengidentifikasi tanda-tanda adanya tukang jagal pada tulang-tulang sisa-sisa manusia di situs Aztek di sekitar Mexico City.
Ada satu teori bahwa suku Aztek hanya terlibat dalam ritual kanibalisme selama masa kelaparan. Namun ada juga teori lain yang mengatakan bahwa memakan daging seseorang yang dipersembahkan kepada para dewa seperti berkomunikasi dengan para dewa itu sendiri.
Meski terdengar tidak masuk akal, Verano mengatakan bahwa ritual kanibalisme kemungkinan besar ada di antara suku Aztek. Ritual kanibalisme tersebut, menurut Verano, tidak hanya dianggap normal, tetapi juga merupakan suatu kehormatan besar bagi orang-orang Aztek.
Source | : | History |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR