Dahulu, para astronom masih berdebat kemungkinan manusia bisa melihat gerhana horisontal. Dan jika bisa, faktor apa yang membuat manusia bisa melihatnya.
Payen yang seorang pengacara sipil tertarik dengan fenomena selenelion itu. Ia banyak berkorespondensi dengan ilmuwan, termasuk astronom Perancis, Peter Gassendi.
Gassendi adalah astronom yang juga penasaran dengan gerhana horizontal. Ia memburu fenomena ini dari 1643 hingga 1648 dan hanya sekali melihat.
Tahun 1666, Payen bersama rekannya, Henri Justel dan Ismael Boulliau, pergi ke puncak Montmatre di Paris untuk mengamati fenomena itu. Selenelion diprediksi terjadi pada 16 Juni 1666.
Ekspedisi Payen dan rekannya gagal. Paris berawan. Namun, Payen mendapat laporan pengamatan dari utusan Pangeran Leopold di Florence yang mengamati dari Pulau Gorgona.
Laporan pengamatan itu ditulis oleh seorang akademisi bernama Alessandro Segni. Payen lalu menulis ulasan tentang pengamatan itu dengan judul "Selenelion ou Apparition Luni-Solaire."
Dalam ulasan itulah, istilah "selenelion" pertama kali digunakan. Istilah itu adalah buatan Payen.
Selain menulis ulasan, Payen juga berkorespondensi dengan Robert Hooke, ilmuwan penemu hukum elastisitas dan pioneer penggunaan mikroskop, yang saat itu menjadi kurator eksperimen di Royal Society.
Dalam suratnya, Payen mendorong pembuktian selenelion dan menawarkan dirinya untuk membantu eksperimen bila diperlukan.
Hooke kemudian menjadi salah satu ilmuwan yang menerangkan bahwa selenelion memang bisa diamati manusia karena adanya pembiasan cahaya Matahari
!break!
Astrofisikawan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan bahwa hari ini, "wilayah Jawa dan Sumatera berpeluang menyaksikan selenelion."
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR