Setidaknya 20 warga Australia tewas dalam pertempuran bersama para militan di Irak dan Suriah, kata pemerintah Australia.
Sebagian dari mereka meninggal di perbatasan Suriah di Kobane, kata Jaksa Agung George Brandis.
Brandis mengatakan ISIS atau kelompok yang diklaim sebagai Negara Islam menggunakan warga Australia sebagai "tumbal".
Propaganda telah menipu warga Australia yang direkrut ISIS, membuat mereka percaya bahwa mereka memainkan peran penting dalam perang agama, kata Brandis.
"Mereka (militan) hanya menggunakan mereka di garis depan, untuk melakukan bom bunuh diri dan alat propaganda."
Di antara mereka yang dilaporkan tewas di Suriah adalah warga Sydney Mohammad Ali Baryalei, yang dituduh mendalangi plot teror untuk memenggal kepala warga Australia secara acak.
Sekitar 70 warga Australia dipercaya masih berada di Timur Tengah untuk berjuang bersama kelompok militan, sementara 20 orang lainnya sudah pulang.
Australia sudah memperkenalkan undang-undang untuk memerangi ancaman dari mantan militan yang kembali ke Australia.
Di bawah undang-undang yang diadopsi oleh parlemen Australia pada Oktober, mengunjungi daerah-daerah yang dinyatakan sebagai "wilayah teror" adalah sebuah pelanggaran.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Julie Bishop menggunakan ketentuan ini untuk mendeklarasikan suatu pelanggaran bagi warga Australia untuk mengunjungi ibu kota Negara Islam di Raqqa, Suriah tanpa alasan yang sah.
Warga Australia menghadapi hingga 10 tahun penjara karena secara ilegal mengunjungi daerah-daerah tersebut.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR