Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi baru telah menemukan bahwa lebah madu, sama seperti manusia, menyebarkan diri di sarang ketika terkena parasit umum, dan ini dapat membantu mereka menahan wabah di dalam koloni. Strategi perilaku pada lebah madu ini patut kita contoh dalam upaya untuk membatasi penularan parasit.
Ketika pandemi COVID-19 pertama kali melanda, dunia menjadi akrab dengan kata “social distancing”. Meskipun istilah ini agak disayangkan (jarak fisik mungkin lebih baik), itu mengirim pesan yang jelas: menjauh satu sama lain dapat membantu menghentikan penyebaran virus ini.
Pendekatan jarak ini telah dilaporkan beberapa kali ditemukan juga pada jenis spesies yang sangat berbeda, dari babon yang menjauhi individu dengan infeksi saluran pencernaan hingga semut yang terinfeksi patogen yang berpindah ke pinggiran sarang semut. Kelelawar vampir, mandrill, dan guppy juga melakukannya. Kini, jenis perilaku ini telah dilaporkan ilmuwan untuk pertama kalinya terjadi juga pada lebah madu.
Sebuah studi baru oleh University College London dan University of Sassari, Italia yang telah dipublikasikan dalam jurnal Science Advances pada 29 Oktober 2021 kemarin mengambil judul Honey bees increase social distancing when facing the ectoparasite Varroa destructor.
Studi tersebut menawarkan bukti bahwa lebah madu ternyata memodifikasi interaksi sosial mereka sebagai respons terhadap parasit umum. Studi tersebut menemukan bahwa lebah madu meningkatkan jarak sosial ketika sarang mereka berada di bawah ancaman parasit.
“Selama beberapa tahun, kami telah meneliti pertahanan perilaku yang digunakan oleh lebah madu untuk melawan parasit dan patogen. Kami percaya bahwa penelitian ini dapat memberikan wawasan yang berguna untuk meningkatkan status kesehatan lebah madu, ”kata penulis studi Alberto Satta kepada ZME Science. Satta bekerja di Dipartimento di Agraria, Universitas Sassari, Italia.
Baca Juga: Bunga Melepaskan Parfumnya Sebagai Respons Listrik dari Sentuhan Lebah
Lebah madu adalah serangga sosial. Oleh karena itu, mereka sangat rentan terhadap serangan patogen dan parasit karena jaringan kontak yang padat di antara teman sesarang yang sangat terkait.
Melansir Tech Explorist, Dr. Alessandro Cini dari Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati & Lingkungan UCL, UCL Biosciences, mengatakan, “Lebah madu adalah hewan sosial. Mereka mendapat manfaat dari membagi tanggung jawab dan interaksi seperti perawatan bersama. Namun, ketika aktivitas sosial tersebut dapat meningkatkan risiko infeksi, lebah tampaknya telah berevolusi untuk menyeimbangkan risiko dan manfaat dengan menerapkan jarak sosial.”
Para peneliti menganalisis bagaimana lebah madu mengubah sistem sosial mereka ketika terkena ektoparasit tungau Varroa destructor - salah satu parasit paling umum dan menghancurkan yang bisa didapat pada lebah. Untuk melawan tungau berbahaya ini, lebah madu memodifikasi ruang dan interaksi antara teman sesarang mereka dengan meningkatkan ‘jaga jarak’ sosial antara lebah muda dan tua. Tungau ini juga menyebabkan beberapa efek berbahaya pada lebah di tingkat individu dan koloni, termasuk penularan virus.
Baca Juga: Lebah Ini Sudah Tidak Terlihat Sejak 2006 Lalu dan Hampir Punah
Koloni lebah madu pada dasarnya dibagi menjadi dua kompartemen utama: bagian dalam, dihuni oleh ratu, induk, dan perawat, dan bagian luar, ditempati oleh para pemburu. Distribusi ini melindungi lingkaran dalam dari paparan penyusup atau parasit, dan ada interaksi terbatas antara ratu dan pemburu yang secara rutin keluar dari sarang dan lebih terpapar, itulah sebabnya mereka tetap berada di pinggiran.
Dengan membandingkan koloni yang dihinggapi tungau Varroa atau tidak, para ilmuwan menemukan satu perilaku, tarian mencari makan, yang dapat meningkatkan penularan tungau, terjadi lebih jarang di bagian tengah sarang jika dihinggapi. Mereka juga menemukan bahwa perilaku perawatan menjadi lebih terkonsentrasi di sarang pusat.
Baca Juga: Si Pemandu Madu, Kemampuan Satwa Liar Berkomunikasi dengan Manusia
“Tampaknya secara keseluruhan, pengumpul (lebah yang lebih tua) bergerak ke arah pinggiran sarang sementara lebah perawat dan perawat muda bergerak menuju pusatnya, sebagai respons terhadap serangan, untuk meningkatkan jarak antara kedua kelompok.” catat para ilmuwan.
“Peningkatan jarak sosial yang diamati antara dua kelompok lebah dalam koloni yang sama yang dipenuhi parasit merupakan aspek baru dan, dalam beberapa hal, mengejutkan dari bagaimana lebah madu berevolusi untuk memerangi patogen juga parasit.” Kata Dr. Michelina Pusceddu dari Dipartimento di Agraria, Universitas Sassari yang sekaligus sebagai penulis utama studi ini.
“Kemampuan mereka untuk menyesuaikan struktur sosial mereka dan mengurangi kontak antar individu dalam menanggapi ancaman penyakit memungkinkan mereka untuk memaksimalkan manfaat dari interaksi sosial jika memungkinkan dan untuk meminimalkan risiko penyakit menular bila diperlukan.” tutur Pusceddu.
“Koloni lebah madu memberikan model ideal untuk mempelajari jarak sosial dan untuk sepenuhnya memahami nilai dan efektivitas perilaku ini.” pungkasnya.
Baca Juga: Cantiknya Lebah 'Pelangi' Australia, Terbang Sampai Indonesia
Asteroid 'Berpotensi Bahaya' Seukuran Piramida Giza Dekati Bumi, Mungkinkah Dihentikan?
Source | : | berbagai sumber,techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR