Kekayaan Indonesia sangat berlimpah namun cara pengelolaan kekayaan tersebut harus lebih diperhatikan kembali agar dapat mendapatkan hasil yang berkualitas dan tentu tidak berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan.
Salah satu kekayaan alam Indonesia adalah tambang, segala bentuk perhiasan yang ada sekarang ini tentu tidak langsung begitu saja namun ada beberapa tahap dalam prosesnya.
Merkuri adalah salah satu zat berbahaya yang dapat menyerang syaraf manusia melalui udara, air yang masuk dalam lingkungan mengakibatkan gangguan mental dan kelumpuhan syaraf (Neuron Toxin).
Seperti yang terjadi di Jepang, tepatnya di teluk Minamata pada beberapa tahun silam. Dimana terjadi pembuangan merkuri ke laut yang berasal dari pabrik baterai dengan kandungan merkuri dalam jumlah besar, lebih dari 200 ton merkuri. Ratusan masyarakat Jepang meninggal dunia akibat mengkonsumsi ikan yang terkena merkuri di teluk Minamata.
Indonesia pun menggunakan merkuri pada penambang emas illegal dalam proses amalgama (membentuk serpihan emas menjadi bongkahan emas). Melalui air dan penguapan ini tentu akan mengakibatkan kelumpuhan syaraf bagi si pembuat emas dan orang yang menghirup udaranya.
Kedutaan besar Amerika Serikat, Mr. Robert Blake memaparkan di Indonesia penambang skala kecil dan illegal dapat memproduksi sebesar 60 sampai 130 ton emas dan menggunakan merkuri dalam prosesnya. Ini sangat membahayakan, jangan sampai tragedi Minamata di Jepang terjadi di Indonesia.
Menanggapi ini, Robert saat ditemui dalam diskusi penggunaan merkuri dalam penambang emas skala kecil (3/3) di @america, Pacific Place. Beliau mendukung Indonesia dalam masalah ini. Melalui program yang dicanangkan Robert, Environment Protection Agency (EPA) bekerjasama dengan Kementrian Lingkungan Hidup dan Hutan dalam melindungi lingkungan dan memantau ketersediaan merkuri di Indonesia, serta mencari solusi baru bagi para penambang illegal ini untuk mencari pekerjaan lain .
“Ini sangat membahayakan, dampak merkuri sudah terjadi di Minamata, Jepang. Upaya kami dalam membantu masalah ini bekerjasama dengan kementrian lingkungan hidup dan hutan melalui program EPA untuk memantau ketersediaan merkuri, menyadarkan para penambang illegal dan masyarakat tentang bahaya penggunaan merkuri ini dan mendorong DPR untuk meratifikasi konvensi Minamata”. Kata Robert Blake, selaku kedutaan besar Amerika Serikat.
Ia juga meyakini, presiden Jokowi juga sangat memperhatikan masalah penggunaan merkuri pada tambang emas ini.
“Saya yakin, presiden Jokowi menaruh perhatian besar pada kelompok-kelompok kecil terkait penambangan emas”. Tutup Robert.
PGN Tanam 5.000 Mangrove di Semarang: Awal Komitmen untuk Dampak Lingkungan dan Ekonomi yang Lebih Besar
Penulis | : | |
Editor | : | Heni |
KOMENTAR