Kawasan perairan berterumbu karang ini mencakup tiga kecamatan di Karawang: Tempuran, Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan. Seluruhnya, terumbu membentang 2.000 hektare lebih sedikit.
Catatan Dinas Kelautan dan Perikanan Karawang pada 2012 mengabarkan, 50 hektare terumbu dalam keadaan rusak; 889 hektare sedang; dan sebagian besar, 1.152 hektare dalam kondisi baik. Di seputar lepas pantai Pasirputih, yang masuk Cilamaya Kulon, luasan terumbu karang mencapai 1.229 hektare.
Untuk melestarikan gugusan karang tersebut, Kelompok Mina Jaladri melarang pemakaian pukat. "Makanya, nelayan yang memakai pukat tidak berani masuk ke Pasirputih," papar Suhaeri.
Pulau gosong pasir yang berterumbu karang di perairan Pasirputih itu menjadi habitat rajungan. Saat laut berombak cukup besar, nelayan senang melaut karena rajungan banyak yang keluar di lepas pantai Cikuntul, di sebelah barat Ciparagejaya.
Jembatan seadanya menghubungkan dua sisi muara di dekat Tanjung Baru, yang bakal dijadikan pelabuhan Cilamaya. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)
Di sana rajungan paling banyak, karena dasar lautnya berpasir dan berlumpur. "Hasilnya, nelayan kecil bisa mencapai 2-3 kuintal. Sayangnya, di sana akan dibangun pelabuhan Cilamaya," sergah Suhaeri.
Sejak 2012, Suhaeri dan nelayan Pasirputih telah mendengar di Cikuntul akan dibangun pelabuhan bertaraf internasional. "Kita juga pernah diminta mengisi brosur [kuisoiner] oleh konsultan, setuju atau tidak dengan adanya pelabuhan. Kita semua tidak setuju, karena itu lahan kehidupan kami," paparnya, "sampai sekarang saya tidak tahu, hasilnya [kuisoiner] buat apa."
!break!
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR