Proyek raksasa ini merupakan kesepakatan antara Indonesia dengan Jepang. Negeri Matahari Terbit ini bergairah membangun pelabuhan setelah beberapa perusahaannya hendak memindahkan pabriknya ke Indonesia. Kerjasama ini memakai sistem build operation transfer (BOT): perusahaan Jepang akan membangun dan mengelola pelabuhan Cilamaya dalam jangka tertentu, sebelum menjadi aset Indonesia.
Dana pembangunan megaproyek ini mencapai Rp43,5 triliun atau US$3,45 miliar. Pembangunan bakal berlangsung dua tahap. Tahap pertama, US$ 2,39 miliar, yang akan berlangsung pada tahun ini; dan tahap kedua: US$1,06 miliar. Dengan dana sebesar itu, kelak saat beroperasi pada 2020, pelabuhan raksasa ini mampu menampung peti kemas setara 7 juta twenty feet equivalent units (TEUs).
!break!DALAM KEPUTUSAN Presiden Nomor 63 Tahun 2004, objek vital nasional merupakan kawasan, bangunan, dan usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan bersifat strategis bagi negara. Dengan begitu, perlu dijaga dan diamankan dari setiap usaha, dari dalam maupun luar negeri, yang berpotensi membahayakan fungsinya.
Blok lepas pantai PHE ONWJ membentang 8.300 kilometer persegi, dari Kepulauan Seribu hingga utara Kota Cirebon, adalah daerah terlarang bagi pelayaran kapal-kapal besar. Di blok ini terdapat 222 anjungan produksi lepas pantai dengan lebih 700 sumur. Bahkan, kapal nelayan hanya bisa melintas sedekat 500 meter.
Saban hari, buat memproduksi minyak, puluhan kapal laut lalu-lalang untuk mendukung operasi PHE ONWJ, didukung satu unit penampung minyak, serta kapal tanker.
Kelak, jalur kapal-kapal besar dari pelabuhan Cilamaya bakal memotong rangkaian pipa minyak di bawah laut. Bentangan pipa-pipa minyak mencapai 1.700 kilometer—dua kali panjang Pulau Jawa—dengan delapan jalur pipa besar berukuran 28 inchi.
Di bagian tengah blok ini, terdapat fasilitas produksi yang menjadi tulang punggung produksi migas PHE ONWJ. Kapal-kapal besar dari Cilamaya kelak akan membelah wilayah tengah tersebut.
Kapal-kapal itu berukuran ultra (ultralarge carrier) dengan panjang 400 meter, lebar 40 meter. Draft atau lambung kapal setinggi 14 meter. Sementara itu, anjungan minyak hanya setinggi 12 meter. Kira-kira, perbandingannya: anjungan minyak hanya seujung pena, kapal ultra sebesar kotak pensil.
Seluruh rangkaian pipa tersebut tidak terpendam, tapi tergeletak di dasar laut. Risikonya, jika ada kapal besar berlabuh, jangkarnya bisa merobek pipa. Selama 2011-2014 sedikitnya terjadi insiden 53 kapal mengalami gangguan, bahkan ada yang terdampar di kawasan Blok PHE ONWJ. Hal itu berisiko merusak pipa gas dan fasilitas produksi Pertamina.
!break!KAWASAN PESISIR Cikuntul juga berdampingan dengan lahan pertanian produktif yang subur. Pada musim basah bulan Maret ini, para petani bergerak ke sawah-sawah. Menebar benih, menanam. Sepeda motor berbaris di tepi sawah. Petani hilir-mudik mengangkuti bibit padi siap tanam.
Koordinator Gerakan Masyarakat Tolak Pelabuhan Cilamaya Asep Saefuddin menuturkan, daerah pertanian di Tempuran, Ciparagejaya dan sekitarnya merupakan lumbung padi Karawang. Bersama Kabupaten Subang, Indramayu, Cirebon, Karawang adalah penghasil beras utama untuk Jawa Barat.
Lantaran itulah, Gerakan Masyarakat melayangkan aspirasinya ke Presiden Joko Widodo pada 11 Maret lalu saat berdemontrasi di depan Istana Negara. Sebelum menemui Presiden Jokowi, Gerakan Masyarakat menggelar unjuk rasa di Kementerian Perhubungan. Namun, tak ada pejabat kementerian yang menanggapinya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR