Selain pemikiran-pemikirannya yang mendorong perjuangan dalam perspektif Islam, ia juga berperan dalam keterlibatan para pelajarnya dalam perang kemerdekaan. "Adanya peran para siswa Al-Islam dalam tentara Hizbullah," lanjutnya.
Perjuangannya dalam mengajar tidak berhenti pada proses mengajarnya sebagai sosok kyai yang arif ilmu agama. Ia mengembangkan bahan-bahan ajar melalui tulisan-tulisan penting yang ia tuangkan dari perantauan intelektualnya hingga ke Mekkah.
"tak hanya sebagai pengajar, ia menjadi ulama dengan perkataan dan tulisannya yang memberikan pencerahan pada perkembangan Islam ditengah kemelut politik agama di era Hindia-Belanda," imbuhnya.
Ia telah menulis berbagai kitab, "seperti Al-Imamah, At-Tijan, Al-Adabu wa al-Akhlaq an- Nabawiyyah, Al-Islam wa al-Muslimin, Al-Qur’an wa Sunnah Sayyid al-Anam, dan masih banyak lagi karya lainnya," ungkap Agustien.
Indah Agustien menulis dalam skripsinya berjudul Peran dan Pemikiran K.H Imam Gozali dalam Menerapkan Pendidikan Islam Kritis di Surakarta, yang dipublikasikan pada tahun 2020.
Baca Juga: Madrasah Al-Mustansiriya, Mengajarkan Islam dan Sains Sejak 1227
Berbeda dengan Mamba'ul Ulum, sekolah bernuansa Keraton yang tidak lagi dijumpai hari ini karena mengalami kebangkrutan, sekolah dan pemikiran Kiai Ghozali masih lestari hingga kini. Salah satu kitabnya, Al-Imamah, menjadi identitas dan pengajian rutin di yayasan Perguruan Al-Islam yang diselenggarakan setiap hari kamis (di SMA Al-Islam 1 Surakarta).
"KH. Imam Ghozali berupaya menuangkan gagasannya tentang kepemimpinan di dalam Kitab Imamah sebagai pondasi keberlangsungan kehidupan bangsa dan Negara dalam perspektif Islam. Kitab Imamah berbicara banyak tentang kepemimpinan dan kebangsaan," pungkasnya.
Tidak mengherankan bahwa beberapa bagian dari kitab Imamah mengandung ajakan perjuangan sesuai dengan kaidah Islam, karena kitab tersebut ditulis berdasar pada pengalaman perjuangannya sejak zaman Belanda.
Tahun 1936 Al-Islam menerbitkan majalah Albalaagh, yang peredarannya menjangkau seluruh Pulau Jawa bahkan hingga Lombok. "Pemikiran Islam kiai Ghozali membentang hampir ke pelosok Jawa, Bali hingga Kepulauan Nusa, mengajak pada perjuangan islam yang kaffah," tegas Sidrotun Naim.
Jasa lainnya, kiai Ghozali terlibat dalam pendirian universitas islam non-pemerintah pertama di Indonesia. "Melalui kongres, beberapa petinggi menginisiasi pendirian STI Yogyakarta yang sekarang menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta," tutupnya.
Baca Juga: Gerakan Perlawanan Haji Misbach: Islam Merah dan Komunis Hijau
Source | : | Repository IAIN Salatiga,Proceedings SHE's 2021 |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR