Seekor kanguru lincah (Macropus agilis) yang telah mati terlihat digantung di atas bak mobil yang diparkir di pinggir jalan kawasan Taman Nasional Wasur, Kabupaten Merauke, Papua. Kanguru hasil buruan ini hendak dijual.
Dalam perjalanan melintasi jalan yang membelah Taman Nasional Wasur itu, dua pekan lalu, dijumpai dua kanguru telah mati. Pertama, seekor kanguru diangkut menggunakan sepeda motor menuju arah kota Merauke. Kedua, sebelum memasuki Sota di perbatasan Merauke-Papua Niugini, seekor kanguru mati diikat di bak mobil. Kanguru itu ditawarkan kepada pemakai jalan yang melintas.
Perburuan terus mengancam kelestarian kanguru, satwa endemik Papua. Di kawasan yang dilindungi di Taman Nasional (TN) Wasur justru lebih mudah dijumpai kanguru mati di tangan pemburu daripada yang hidup bebas di alam liar.
Daging kanguru pun dijual bebas di salah satu pasar tradisional Merauke. Daging kanguru dijajakan bersama dengan daging lain, seperti daging rusa, sapi, kambing, dan babi.
"Kalau tidak ada pemburu yang datang membawa daging kanguru ke sini, tidak ada pedagang yang menjual," kata seorang pedagang daging.
Di Pasar Merauke, 1 kilogram daging kanguru dijual Rp 50.000, daging rusa Rp 60.000 per kilogram.
Kepala Subbagian Tata Usaha TN Wasur Lebrina Senpar mengatakan, 10 tahun lalu, kanguru mudah ditemui di kawasan TN Wasur. Sekarang harus masuk jauh ke dalam hutan dan menunggu belasan jam. "Dulu, kanguru datang menabrak manusia karena banyak sekali," ujarnya.
Lebrina mengatakan, perburuan kanguru di kawasan TN Wasur sebenarnya telah diatur. Perburuan hanya boleh dilakukan penduduk asli Merauke untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perburuan dilakukan dengan cara tradisional menggunakan tombak, busur, dan anjing. Namun, peraturan itu dilanggar. Warga luar kawasan ikut membonceng penduduk setempat berburu. Perburuan juga menggunakan senjata api.
Pengawasan mencegah perburuan ilegal terus dilakukan. Namun, pihak TN Wasur kesulitan mengawasi seluruh area karena jumlah polisi kehutanan sangat terbatas, hanya 27 orang.
"Masyarakat di dalam kawasan ada di sembilan kampung. Kami tidak mungkin selalu mengawasi, apalagi orang dari luar yang masuk ke dalam kawasan," tutur Lebrina.
!break!
Kawasan di dalam TN Wasur merupakan tanah adat masyarakat asli yang terdiri atas empat suku besar, yaitu Kanume, Marind, Marory Mengey, dan Yeinan. Mereka secara turun- temurun mendiami kawasan sebelum ditetapkan pemerintah menjadi taman nasional.
Kepala Kampung Yanggandur, Yulius Gelambu (53), mengatakan, perburuan masih dilakukan, tetapi tak semudah dulu. Masyarakat memburu secara tradisional dengan bantuan anjing dan alat tradisional. "Sekarang kanguru sudah jauh di dalam hutan, makin susah carinya," ungkapnya.
Kepala Kepolisian Sektor Sota Inspektur Dua Maruf menyebutkan, pihaknya kadang mengingatkan warga agar tidak berburu kanguru dan cenderawasih. "Saya kadang mengingatkan warga bahwa kita hidup di kawasan TN Wasur sehingga harus ikut menjaganya," ujarnya. Hasilnya? Ia tak tahu.
Pengendali Ekosistem Hutan TN Wasur, Syaiful Anwar, mengatakan, kondisi TN Wasur yang sangat terbuka menyulitkan upaya perlindungan satwa dan pengawasan perburuan ilegal. Kawasan TN Wasur dapat dimasuki dari mana pun, seperti dari jalan nasional, dari Sungai Maro, dari jalan kampung, sampai dari laut.
Syaiful mengakui, perburuan ilegal kanguru terus terjadi. "Potret kecil perburuan ada di pasar. Rata-rata minimal 10 ekor bahkan bisa lebih yang dijual per hari. Berapa dalam setahun?" katanya.
"Per spot jalur pengamatan (100 meter x 2.000 meter) pernah dijumpai 2-9 ekor. Ini menurun, tetapi belum bisa dipastikan jumlahnya," ucap Syaiful.
Bebasnya perburuan kanguru salah satunya karena TN Wasur yang menjadi tempat hidup hewan itu sangat terbuka.
Lokasi taman nasional seluas 413.810 hektar itu tak jauh dari kota Merauke. Gapura masuknya hanya sekitar 15 kilometer dari pusat kota. TN Wasur terbentang di Distrik Sota, Naukenjerai, dan Merauke. Akses ke kawasan TN Wasur salah satunya dilintasi jalan nasional beraspal menuju Kabupaten Boven Digoel.
TN Wasur mempunyai kekayaan ragam flora dan fauna yang luar biasa. Di taman ini teridentifikasi 34 spesies mamalia, 32 di antaranya endemik Papua. Ragam burung tercatat 403 spesies, 114 di antaranya spesies dilindungi dan 74 spesies endemik Papua. Selain itu, ada juga 39 jenis ikan, 21 jenis reptil, dan 4 jenis kura-kura.
Selain kanguru lincah, terdapat pula kanguru tanah (Thylogale brunii) dan kanguru hutan (Darcopsis veterum). Sebagai hewan endemik, kanguru lincah atau kanguru lapang berjumlah paling banyak, sedangkan kanguru hutan hampir tidak pernah dijumpai.
TN Wasur juga merupakan rumah bagi burung garuda irian (Aquila gurnayei), cenderawasih (Paradisaea apoda), kakatua (Cacatua sp), dan mambruk (Crown pigeons). Selain itu, ratusan ribu burung migran dari dan ke Australia serta Selandia Baru setiap tahun singgah.
Hutan ditumbuhi aneka jenis pohon, seperti kayu putih dan akasia. Di kawasan juga ada sabana, hutan bakau, dan rawa.
Masifnya perburuan kanguru dipicu oleh sejumlah hal. Salah satunya, jumlah rusa liar yang semakin habis di alam liar sehingga kanguru menjadi sasaran. Kearifan lokal untuk membatasi perburuan pun telah luntur.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR