Nationalgeographic.co.id—Menggunakan data yang dikumpulkan oleh Large Area Telescope di atas Teleskop Luar Angkasa Fermi Gamma-ray NASA dan teknik susun yang menggabungkan sinyal yang terlalu lemah untuk diamati sendiri, para peneliti berhasil mendeteksi sinar gamma dari UFO (ultra-fast outflows) di beberapa galaksi terdekat untuk pertama kalinya, memberikan dasar untuk ilmuwan agar dapat memahami apa yang terjadi di galaksi Bimasakti kita sendiri.
UFO adalah arus keluar yang sangat cepat, ia merupakan angin kencang yang diluncurkan dari lubang hitam supermasif terdekat yang diyakini para ilmuwan memainkan peran penting dalam mengatur pertumbuhan lubang hitam itu sendiri dan galaksi induknya.
Penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh ilmuwan Universitas Clemson telah menerbitkan hasil penelitian mereka dalam Astrophysical Journal pada 10 November 2021 berjudul Gamma Rays from Fast Black-hole Winds. Penelitian ini bekerja sama dengan College of Charleston, University of Chicago, dan sejumlah peneliti lain yang merupakan bagian dari Kolaborasi Fermi-LAT, yang mencakup ratusan ilmuwan dari 12 negara. Studi tersebut menguraikan deteksi emisi sinar gamma dari UFO yang diluncurkan oleh lubang hitam supermasif.
"Meskipun angin ini sulit untuk dideteksi, diperkirakan bahwa mereka memainkan peran penting dalam bagaimana lubang hitam besar dan galaksi induk itu sendiri tumbuh," kata Chris Karwin, seorang rekan postdoctoral di Departemen Fisika dan Astronomi Fakultas Sains, seperti yang dilaporkan Tech Explorist.
Halaman berikutnya...
“Pengamatan sinar gamma kami menunjukkan bagaimana lubang hitam supermasif dapat mentransfer sejumlah besar energi ke galaksi induknya. UFO ini menciptakan gelombang kejut, yang bertindak seperti piston dan benar-benar mempercepat partikel bermuatan, yang dikenal sebagai sinar kosmik, mendekati kecepatan cahaya." tutur Karwin.
Setiap galaksi umumnya memiliki lubang hitam supermasif di pusatnya. Beberapa ada yang tidak aktif. Sedangkan lainnya, yang disebut sebagai inti galaksi, adalah aktif, artinya mereka menarik dan "memakan" materi di sekitarnya melalui proses yang disebut akresi.
“Saat bepergian melalui galaksi, angin secara bertahap menonaktifkan pembentukan bintang. Efeknya pada galaksi sangatlah dramatis. Lubang hitam di pusat galaksi dan galaksi itu sendiri memiliki mekanisme untuk tumbuh bersama dalam massa—dan inilah mekanismenya." kata Marco Ajello, profesor di Departemen Fisika dan Astronomi Clemson College of Science yang memimpin studi tersebut.
Baca Juga: Lubang Hitam Ditemukan Sembunyi dalam Gugus Bintang di Luar Bimasakti
Karena sinar gamma yang terdeteksi dihasilkan oleh sinar kosmis yang dipercepat di bagian depan kejutan, Karwin mengatakan hal itu membuktikan permulaan interaksi sejumlah besar angin dan bahwa UFO dapat memberi energi pada partikel bermuatan hingga ke wilayah transisi antara sinar kosmis galaksi dan ekstragalaksi.
Temuan penelitian ini dapat membantu para ilmuwan memahami apa yang terjadi di galaksi Bimasakti kita sendiri.
Sagitarius A* adalah lubang hitam supermasif di pusat Bimasakti dengan massa sekitar 4 juta kali matahari. Membentang di atas dan di bawah cakram Bimasakti adalah gelembung Fermi, struktur bulat besar dari gas panas yang berasal dari pusat galaksi. Mereka mendapat julukan tersebut karena Teleskop Luar Angkasa Fermi Gamma-Ray, sumber data yang digunakan oleh Ajello dan Karwin dalam penelitian ini, yang menemukannya pada tahun 2010.
Baca Juga: Ekspansi Alam Semesta Berdampak Langsung pada Pertumbuhan Lubang Hitam
"Hari ini, lubang hitam kita, Sagitarius A*, tidak aktif, tetapi kemungkinan itu aktif di masa lalu, mungkin hingga beberapa ratus tahun yang lalu. Model kami mendukung hipotesis bahwa gelembung Fermi ini mungkin sisa-sisa aktivitas mirip UFO masa lalu dari lubang hitam supermasif di pusat galaksi kita." ujar Karwin.
Ajello mengatakan bahwa pekerjaan yang akan mereka lakukan di masa depan termasuk di antaranya yaitu mereka akan mempelajari galaksi yang memiliki angin UFO aktif selama 10 juta tahun yang telah melakukan perjalanan ke pinggiran galaksi.
Baca Juga: Misteri Ukuran Lubang Hitam Terungkap Berdasarkan Pola Makannya
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR