Tampil di Venice Biennale adalah penting bagi seniman Irak seperti Shex Hadi karena ini adalah cara untuk menemukan penggemar karyanya, sesuatu yang tidak terjadi di negara asalnya.
"Tidaklah mudah berkarier sebagai seniman di Irak," katanya kepada saya," karena warga Irak tidak memiliki cukup pengetahuan tentang seni kontemporer."
"Tantangan paling sulit adalah pandangan masyarakat, orang tidak paham, sehingga karya saya diperlakukan negatif, karena hanya sedikit yang menghargai," kata Hadi.
"Di negara yang sedang menderita krisis seperti Irak, kebudayaan dan seni yang paling menderita. Hanya seniman yang menghargai seni."
!break!Latif Al Ani
Tentu saja hal ini tidak selalu terjadi. Coba saja lihat gambar elegan buatan Latif Al Ani yang lahir pada tahun 1932.
Dia dipandang sebagai "pendiri fotografi Irak". Pada tahun 1950-an dan 60-an, dia sukses berkarier sebagai fotografer seni rupa.
Di tahun 1963, pameran solo yang terdiri dari 105 foto buatan Al Ani dipertunjukkan di Amerika Serikat.
Banyak foto-fotonya mendokumentasi perubahan Irak menjadi modern pada pertengahan abad.
Salah satu contohnya, foto seorang wanita pesolek mengenakan kacamata hitam sedang tersenyum berdiri di jalan bebas hambatan sementara seorang penggembala lewat.
Tetapi Al Ani juga bangga terhadap warisan kuno negaranya.
Sejumlah fotonya mencatat monumen arkeologis. Foto-foto ini terasa lebih berharga sekarang karena tindakan milisi ISIS menjarah dan merusak situs arkeologi di Timur Tengah.
"Sumeria, Babylonia, sampai Abbasidia, semua monumen dan seni yang mereka ciptakan, membuat saya bangga," kata Al Ani pada katalog Invisible Beauty.
"Irak memiliki sejarah yang menakjubkan. Kebudayaan ini muncul silih berganti, peradaban demi peradaban, dan mereka ada di semua wilayah Irak, di utara dan selatan ... kemudian kemunduran terjadi. Saya berharap kita bisa kembali ke peradaban."
Di tengah gerak maju ISIS, ini mungkin suatu harapan yang terlalu muluk.
Meskipun demikian, cukup menyayat hati mendengar seniman Irak yang berani berpameran di Venesia tetap siap memperjuangkan peradaban.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR