Air permukaan danau menyurut hingga kedalaman hanya 2 meter dengan luas permukaan yang tersisa 2.500 hektare.
Hal ini disampaikan Kepala Bidang Sistem Informasi Badan Lingkungan Hidup dan Riset Daerah Provinsi Gorontalo, Rugaya Biki, Rabu (21/10/2015) kemarin.
Dugaan awal adanya rekahan karst ini didukung fakta bahwa di daerah Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo, hingga di Kelurahan Lekobalo, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, yang terdapat batuan karst.
“Ini masih hipotesis. Ciri-ciri itu tampak di lapangan seperti di Desa Iluta, sehingga ada kemungkinan Danau Limboto bocor," kata dia.
"Danau Limboto semakin surut, dangkal, dan sempit. Ini bukan semata hanya satu faktor, yaitu sedimentasi,” kata Rugaya lagi.
Rugaya melihat, ciri-ciri batuan karst yang ada di bagian danau telah mengalirkan air ke bagian lain yang lebih rendah melalui rekahan batuan kapur.
Hal itu terpantau di wilayah Desa Iluta, Otanaha, Dembe 1, Lekobalo, dan Pilolodaa.
Untuk memastikan dugaan awal ini, Rugaya mengaku sudah melakukan komunikasi dengan kementerian terkait untuk melakukan penelitian tahun depan.
Bocornya air Danau Limboto diakuinya merupakan faktor alam dan tidak ada faktor manusia. Sebab, di bagian danau yang masuk wilayah Kota Gorontalo terdapat perbukitan kapur yang memanjang.
Selain itu, alasan lain menyurutnya danau ini akibat pasokan air dari sungai-sungai yang mengalir ke Danau Limboto berkurang drastis pada musim kemarau.
Saat ini, hanya ada enam sungai yang masih mengalirkan air ke danau dengan debit yang jauh lebih kecil dari kondisi normal.
Keenam sungai tersebut adalah Meluupo, Biyonga, Marisa, Alopohu, Ritenga, dan Bulota. Sementara 17 sungai lainnya sudah mengering sejak lama.
“Dugaan kebocoran danau sudah lama terjadi, bahkan data mengenai danau ini sudah ada sejak masa pemerintah kolonial tahun 1930-an dan semata-mata faktor alam,” ungkap dia lagi.
Danau Limboto merupakan danau terbesar di Provinsi Gorontalo, yang wilayahnya meliputi dua daerah, yakni Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo.
Danau ini menjadi pusat pembudidayaan ikan nila dan mujair yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
Di lokasi ini juga merupakan pusat keragaman hayati, terutama yang terkait dengan lahan basah di Gorontalo.
Penulis | : | |
Editor | : | Yoga Hastyadi Widiartanto |
KOMENTAR