Bulan November selalu menjadi saat yang spesial dengan Hujan meteor Leonid-nya. Hujan meteor yang satu ini pernah menjadi badai meteor Leonid di tahun 1999 – 2002 dengan 3000 meteor per jam! Momen yang sangat menyenangkan bagi para pengamat di Bumi.
Saat ini, hujan meteor Leonid sudah bukan badai lagi dan hanya menghasilkan 15 meteor setiap jam di malam puncak. Hujan meteor Leonid ini muncul di rasi bintang Leo dan berasal dari komet 55P/Tempel-Tuttle. Dan kunjungan rutin hujan meteor Leonid pun akan beraksi setiap tahun di bulan November, kala Bumi melintasi aliran partikel debu yang tersisa dari komet 55P/Tempel-Tuttle. Partikel-partikel tersebut terlepas dari ketika gas beku komet menguap saat komet mendekati Matahari – dimulai ketika berada lebih dekat dari orbit Jupiter.
Hujan meteor Leonid berlangsung dari tanggal 6 – 30 November dan akan mencapai puncaknya pada tanggal 18 November 2015 pukul 04:00 UT atau pukul 11:00 WIB dengan kecepatan 71 km/detik. Bagi pengamat di Bumi, hujan meteor Leonid bisa dinikmati setelah lewat tengah malam sampai jelang dini hari.
Hujan meteor Leonid memiliki radian atau berasal dari rasi Leo. Karena itu, para pengamat harus menantikan kehadiran rasi ini di malam hari. Rasi Leo akan terbit sekitar pukul 22.30 WIB di arah timur dan akan terus bergerak ke arah barat hingga terbenam.
Di bulan November 2015, para pengamat cukup beruntung untuk bisa menikmati hujan meteor Leonid tanpa gangguan cahaya Bulan yang terbenam pada pukul 21:59 WIB. Sambil menikmati hujan meteor Leonid, para pengamat juga bisa menikmati kehadiran planet Jupiter, Mars dan Venus yang secara berurutan akan terbit di timur setelah tengah malam. Jupiter akan mendahului ke-4 planet tersebut dan terbit pada pukul 00:05 WIB disusul oleh Mars pada pukul 00:54 WIB, Venus pada pukul 01:20 WIB. Dan ketika Matahari mulai menampakkan diri di ufuk timur, planet cincin Saturnus juga ikut hadir pada pukul 04:53 WIB.!break!
Asal Usul
Menelusuri kembali ke tahun 1833, pada tanggal 12 – 13 November, maka saat itu adalah saat dimana hujan meteor Leonid ditemukan sekaligus juga penanda kelahira meteor dalam astronomi. Saat itu, kala senja, beberapa astronom melihat sejumlah meteor di langit dan saat menjelang fajar jumlah meteor yang tampak pun semakin banyak.
Reaksi di masa itu jelas tidak seperti saat ini. Masyarakat pada masa itu justru histeris dan panik karena hujan meteor dikaitkan dengan hari penghakiman akhir, sementara bagi para ilmuwan kehadiran ribuan meteor yang tampak muncul dari rasi Leo ini justru menjadi pengalaman luar biasa.
Penjelasan saat itu penuh dengan berbagai teori yang kemudian berkembang menjadi spekulasi. Di antaranya adalah Matahari menyebabkan terlepasnya gas dari tumbuhan yang baru saja mati beku. Diyakini juga kalau gas yang melimpah itu merupakan hidrogen yang kemudian mengalami pembakaran oleh listrik dan partikel fosfor di udara. Diduga juga kencangnya angin selatan membawa sesuatu yang mengelektrifikasikan udara, yang ketika di waktu fajar yang dingin kemudian menyebabkan terjadinya pelepasan kilatan api yang mengarah ke Bumi.
Hanya D. Olmsted yang memberikan penjelasan yang hampir benar, yakni penampakan meteor dai rasi Leo dan meteor-meteor tersebut beasal dari awan partikel di angkasa, tanpa pernah ada penjelasan awan yang dimaksut itu dari mana.
Di tahun 1867, E.W.L Tempel (Marseilles, France) menemukan komet sirkular dengan kecerlangan 6 magnitudo di dekat rasi Beruang Besar. Sementara pengamatan H. Tuttle (Harvard College Observatory, Massachusetts, USA) pada bulan Januari 1866 juga mengarah pada komet yang sama, sehingga akhirnya komet tersebut dinamai Tempel-Tuttle. Di tahun 1867, T von Oppolzer menghitung periode komet tersebut adalah 33,17 tahun. Dan dari hasil observasi di tahun 1866 pada hujan meteor Leonid, U. J. J. Le Verrier, Dr. C. F. W. Peters, G. V. Schiaparelli, dan von Oppolzer secara terpisah menyimpulkan kalau ada kemiripan antara orbit komet Tempel-Tuttle dan hujan meteor Leonid.
Di tahun 1981, D. K. Yeomans (Jet Propulsion Laboratory, California, USA) mempelajari hubungan komet Tempel – Tuttle dengan hujan meteor Leonid. Ia memetakan distribusi debu disekitar komet tersebut dan mencocokannya dengan data hujan meteor Leonid dari tahun 902 – 1969. Di tahun 1999, David Asher dan Robert McNaught mempublikasikan makalah untuk memprediksikan badai meteor Leonid yang ternyata sesuai dengan kembalinya komet Tempel-Tuttle untuk mendekati Matahari.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR