Sore itu dusun Karangtanjung dan Karangkepuh, Kelurahan Pendowoharjo, Sleman, Yogyakarta mendadak ramai. Tepat seminggu sebelum acara keramaian di desa meraka, para penduduk secara bergotong royong membersihkan beberapa pekarangan kosong untuk dijadikan lokasi panggung. Bahu-membahu mereka menghias pagar dan jalanan untuk menyambut event Ngayogjazz yang kali ke sembilan diadakan. Malam sebelum acara, panitia, pengisi acara, penduduk setempat yang dihadiri oleh kepala desa mengadakan kenduri selamatan di depan panggung utama yang berdekatan dengan kuburan.
Acara tahunan yang diinisiasi oleh anak muda dari berbagai kelompok sengalah memilih desa sebagai panggung untuk menyelenggarakan pertunjukan musik ini. Para penonton maupun musisi jazz selalu menunggu untuk hadir di acara ini. Pada tahun 2014 saja tercatat sekitar 26.000 penonton hadir di Desa Brayut untuk menikmati lantunan musik jazz.
Hujan rintik-rintik menyertai pembukaan pertunjukan Ngayogjazz 2015 sore itu. Hujan tak mampu menyurutkan niat penonton untuk hadir. Bahkan sejak pagi sekitar pukul 10.00 di panggung yang khusus dibangun untuk kesenian penduduk lokal telah dipadati pengunjung.
Ngayogjazz 2015 kali ini yang mengambil tajuk \'Bhinneka Tunggal Jazznya\' yang merupakan pelesetan dari kalimat Bhinneka Tunggal Ika. Tajuk ini menjadi sesuai dengan dilaksanakannya Ngayogjazz di desa ini, karena kesenian yang beragam akan menjadi harmoni jika dipadukan menjadi satu. Dalam pertunjukkan kali ini terdapat lima panggung tempat para musisi jazz tampil dan satu panggung untuk menampilkan kesenian tradisional berupa mocopatan, ketoprak, karawitan, wayang kulit, dan jatilan. Penamaan panggung tempat perhelatan ini didasarkan atas nama tokoh wayang keluarga Pandawa yakni Puntadewa, Werkudara, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Sedangkan satu panggung tempat ditampilkannya kesenian tradisional diberi nama Lokananta.
Musisi seperti Syaharani dan Trie Utami mampu memukau ribuan para pengunjung yang hadir. Namun kali ini para pengunjung hari dipaksa untuk memilih satu panggung saja dalam melihat pertunjukkan Ngayogjazz 2015. Karena padatnya pengunjung serta musisi yang tampil secara bersamaan, maka sulit bagi para pengunjung untuk berpindah.
Penulis | : | |
Editor | : | Prana Prayudha |
KOMENTAR