Ekowisata pada umunya didefinisikan sebagai aktifitas wisata yang berhubungan dengan alam, seperti trekking, camping, rafting, ataupun berlibur di resor alami yang berhubungan denan alam. Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: "Ekowisata adalah suatu bentuk perjalana wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat."
Indonesia adalah rumah bagi 10% hutan di dunia yang meliputi hutan mangrove, hutan hujan tropis, hutan rawa gambut, dan hutan pegunungan atas. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara "mega-diverse" bersama dengan 6 negara Asia lainnya menyumbankan hingga 70% keanekaragaman hayati di dunia.
USAID LESTARI adalah sebuah proyek dari USAID (United State Agency International Development) yang mendukung pemerintah di Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan melindungi keanekaragaman hayati pada ekosistem hutan dan mangrove. Proyek ini dirancang berdasarkan pondasi kokoh yang telah dibangun oleh proyek USAID IFACS (Indonesia Forest and Climate Supports), yang bertujuan untuk mendukung tata kelola dan pengelolaan hutan yang lebih efektif di beberapa kabupaten yang menjadi target sasaran. (Baca juga: Mengintip Geliat Ekowisata Mangrove Karangsong)
Kementerian Pariwisata bekerjasama dengan USAID Lestari,Sustainable Travel International (STI) dan Sustainable Management Group (SMG) menyelengarakan Seminar Nasional Ekowisata pada Kamis, 28 Januari 2016 mulai pukul 09.00-14.00 WIB ydi Hotel Le Meridien Jakarta.
Seminar dibuka oleh beberapa sambutan dari John Hensen selaku Head of Environment office USAID Indonesia, kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari Basah Hernowo Director, Forestry and Water Conservation BAPPENAS dan terakhir oleh Pak Azwir Malaon, Director of Tourist Attraction Development dari Kementrian Pariwisata.
!break!Seminar Ekowisata yang dimoderatori oleh Abidah Setyowati dan dua orang narasumber yakni Reed Merrill dari USAID LESTARI dan Brian Mullis Sustainable Travel International.
Dalam perencanaannya, LESTARI memiliki beberapa target utama yang harus dicapai dalam waktu lima tahun. Kelima target utama tersebut meliputi pengurangan emisi CO2-eq sebanyak 41%, mengelola sebanyak 8,42 hektar hutan dengan baik, membentuk 10 kementerian Public-swasta (public-Private Partnership) guna meningkatkan efektivitas Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), mendorong adanya kebijakan dan prosedur dalam pelaksanaan KLHS, serta memobilisasi pembiayaan dan komitmen dari masyarakat serta pemerintah . Daerah yang akan dijadikan sebagai target oleh LESTARI ialah Aceh dengan lanskap Leuser yang meliputi Taman Nasional Gunung Leuser dan cagar alam Trumon-Singkil, Kalimantan Tengah dengan lanskap Katingan-Kahayan meliputi Taman Nasional Sebangau dan Bukit Baka Bukit Raya dan Papua yang meliputi Lorentz lowlands, Lanskap Sarmi, Mappi Bouven Digoel dan Cyclop.
LESTARI menerapkan pendekatan berbasis lanskap di enam lokasi saran untuk melekstarikan sumber daya hutan tropis dan lahan gambut, serta meningkatkan Strategi Pembangunan Rendah Emisi (SPRE). LESTARI menyadari bahwa defrestasi dan degredasi hutan disebakan oleh kombinasi berbagai faktor, yakni politik, ekonomi, dan kelembagaan. Hal ini menggarisbawahi kebutuhan untuk melibatkan semua pemangku kepentingan untuk mendorong perbaikan tata kelola lahan dan meningkatkan efektivitas pengelolaan hutan di tingkat tapak. LESTARI bekerja pada tingkat lanskap dengan pemerintah daerah, sektor swasta dan masyarakat lokal melalui mekanisme hibab, subkontrak dan implementasi langsung. LESTARI memiliki tiga tema teknis yang saling terkait 1) Tata kelola hutan dan lahan, serta advokasi, 2) Kemitraan dalam konservasi, dan 3) Pelibatan pihak swasta.
Di dalam seminar nasional ekowisata terdapat pula sebuah ruang diskusi bersama fasilitator USAID LESTARI yang dibagi menjadi lima topik yakni :
1. Destination management including policy and planning (Manajemem destinasi termasuk kebijakan dan perencanaan)
2. Communitiy involvment and benefits (keterlibatan dan manfaat komunitas)
3. Cultural and natural heritage management and protection (Manajemen dan Perlindungan Alam serta Warisan Budaya)
4. Environmental Conservation (Konservasi Lingkungan)
5. Supply and market Demand (Pasokan dan Permintaan Pasar)
Selama diskusi para peserta dan fasilitator membahas tentang identifikasi dan gambaran dalam permasalahan yang berhubungan dengan tema dan pariwisata serta bagaimana solusinya.
Penulis | : | |
Editor | : | endah trisulistiowaty |
KOMENTAR