Penyesuaian glukosa mengacu pada kemampuan tubuh untuk memproses gula, dan terganggunya penyesuaian glukosa memiliki kaitan dengan resistensi insulin dan merupakan faktor risiko untuk diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
Sebuah penelitian di Kanada melihat kebiasaan gaya hidup dari 276 orang lebih dari enam tahun, menemukan bahwa orang dengan jangka waktu tidur panjang dan pendek lebih cenderung mengembangkan gangguan penyesuaian glukosa dan diabetes dibandingkan dengan mereka yang tidur normal (20% vs 7%). Sebuah tinjauan baru-baru ini dalam studi diabetes dan tidur menemukan hubungan yang konsisten antara peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan tidur pendek dan jangka panjang juga.
Peningkatan Berat Badan
Menggunakan data yang sama dengan enam tahun penelitian di Kanada sebelumnya, peneliti juga menemukan hubungan antara berat badan dan tidur. Pendek dan panjang waktu tidur keduanya mengalami kenaikkan berat badan lebih berat daripada orang-orang dengan tidur normal selama periode enam tahun (1,98 kg dan 1,58 kg), dan lebih mungkin untuk mengalami kenaikan berat badan yang signifikan.
Risiko Penyakit Jantung lebih tinggi
Menggunakan informasi dari National Health and Nutrition Examination Survey (NAHNES), peneliti mengairkan waktu tidur lebih sedikit dan lama dengan risiko yang lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner dan stroke. Studi ini menemukan bahwa orang yang tidur lebih dari delapan jam per malam dua kali lebih mungkin untuk memiliki angina (nyeri dada yang disebabkan oleh aliran darah yang berkurang) dan 10% lebih mungkin untuk memiliki penyakit jantung koroner.
Analisis data dari Nurses \'Health Study, yang melibatkan lebih dari 71.000 wanita paruh baya, juga menemukan hubungan antara waktu tidur dan kesehatan jantung. Dibandingkan dengan yang normal delapan jam tidur, wanita yang tidur selama sembilan sampai 11 jam per malam adalah 38% lebih mungkin untuk memiliki penyakit jantung koroner.
Baca Juga : 5 Kebiasaan Buruk yang Membahayakan Kesehatan Jantung
Risiko Stroke yang lebih tinggi
Sebuah studi terbaru dari University of Cambridge peneliti melihat data dari sekitar 9700 orang Eropa selama 11 tahun. Orang-orang yang tidur lebih dari delapan jam berada 46% lebih mungkin mengalami stroke selama masa studi.
Orang-orang yang durasi tidur lebih lama memiliki risiko empat kali lebih tinggi terkena stroke daripada wakti tidur yang konsisten, menunjukkan bahwa tidur lebih lama bisa menjadi gejala penting atau peringatan tanda risiko stroke.
Data dari survei NHANES sebelumnya juga menemukan hubungan signifikan yang ditemukan antara tidur panjang dan risiko stroke. Orang-orang yang tidur lebih dari delapan jam memiliki risiko 50% lebih tinggi terkena stroke daripada orang yang tidur enam sampai delapan jam. Orang-orang yang tidur lebih dari delapan jam dan yang juga memiliki rasa kantuk pada siang hari memiliki risiko stroke 90% lebih tinggi dibandingkan dengan tidur normal.
Penulis | : | |
Editor | : | endah trisulistiowaty |
KOMENTAR