(Baca juga: Inilah Lokasi Gerhana Matahari Total Terlama di Indonesia)
Fase Total dan Korona Matahari
Saat totalitas dimulai, suasana sekitar akan diselimuti oleh cahaya senja yang menakutkan. Meskipun tidak segelap malam hari, proses penggelapan cahaya berlangsung dangat cepat, drastis dan mengejutkan. Kecerlangan cahaya saat itu menyerupai kecerlangan langit setengah jam setelah matahari terbenam. Planet dan bintang-bintang terang dapat terlihat dan seluruh cakrawala terlihat memiliki warna seperti saat matahari terbit atau tenggelam. Korona Matahari sekarang dapat terlihat secara sangat spektakuler dan menakjubkan.
Pada detik-detik awal mulainya fase total, cahaya merah terang biasanya terlihat jelas di sepanjang pinggir piringan Bulan/Matahari. Inilah Kromosfer, sebuah lapisan atmosfer Matahari setebal 1600 km yang terdiri dari gas hidrogen panas dan terletak tepat di atas fotosfer. Terkadang pula terdapat lidah-lidah api Matahari berwarna merah terang yang muncul di sekitar tepi pinggiran piringan bulan.
(Baca juga: Mengapa Indonesia Jadi Tempat Unik Melihat Gerhana Matahari Total?)
Saat ini semua terjadi, perasaan gembira, bahagia, takjub, khawatir, takut, terpesona dan semua emosi membuncah menjadi satu. Pada kondisi yang lebih menggetarkan hati dan kaki ini, tugas untuk memotret bahkan lebih berat lagi. Kita memang cukup dapat memotret fase total dan korona matahari dengan satu pilihan eksposur yang mewakili satu radius korona tertentu.
Namun hasil yang didapat tidak akan bisa sebagus dan sespektakuler seperti saat kita melihatnya langsung dengan mata. Hal ini disebabkan karena Korona memiliki rentang kecerlangan yang sangat panjang, dimana Korona Matahari bagian dalam setara dengan terangnya Bulan purnama sementara Korona Matahari bagian luar 1000 kali lebih redup dari itu. Itulah sebabnya, tidak seperti mata, kamera tidak bisa menangkap seluruh rentang kecerlangan tersebut dalam satu pilihan eksposur. Lalu apa jalan keluarnya? Multiple Exposure.
(Baca: Cara Membuat Pin Hole, Alat Pengamat Gerhana Matahari Total)
Dari pengaturan ISO dan Diafragma yang sudah ditentukan sejak awal pemotretan, mulailah dari pilihan eksposur yang tinggi, seperti 1/1000. Ambillah foto satu kali, lalu turunkan kecepatan rana satu stop menjadi 1/500, lalu ambil foto lagi, kemudian turunkan satu stop lagi menjadi 1/250, ambil foto lagi, lalu ulangi langkah ini seterusnya hingga maksimal nilai kecepatan rana selambat 1 detik.
Jika anda menggunakan mounting teleskop equatorial yang dilengkapi dengan motor drive dan dapat mengikuti gerak matahari, maka teruskan mengambil gambar hingga maksimal 8 detik eksposur. Urutan pengambilan gambar dari eksposur 1/1000 hingga 8 detik seharusnya membutuhkan waktu kurang lebih 1 menit. Jika anda mengamati Gerhana Matahari Total dari lokasi yang total durasi waktu totalnya lebih dari 2 menit, ulangi urutan pengambilan gambar tadi, dimulai dari eksposur yang paling lambat.
(Baca juga: Gerhana Matahari Total, Gerhana Bulan dan Fenomena Langit Lain di Bulan Maret)
Jika sudah selesai dan masih ada sisa waktu gerhana fase total, gunakanlah waktu itu untuk menikmatinya dengan mata kepala secara langsung dan rasakan sensasinya detik demi detik hingga menjelang berakhirnya fase total. Seluruh rangkaian foto dengan berbagai macam eksposur tersebut nantinya akan diolah secara digital untuk dapat mengeluarkan seluruh detail pada setiap radius matahari dan menghasilkan sebuah foto gerhana fase total dengan korona yang sama indahnya seperti yang dilihat oleh mata biasa.
Setelah Fase Total
Setelah berakhirnya fase total, rasa tegang, senang, khawatir, bahagia dan seluruh rasa lainnya telah mencapai klimaksnya. Namun jangan lupa bahwa fase setelah total akan kembali menampilkan Diamond Ring Effect dan Baily’s Beads pada kontak berikutnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR