Gerhana Matahari total merupakan salah satu fenomena astronomi paling indah nan mempesona serta akan menghadirkan rasa takjub bagi yang memandangnya. Melihatnya dengan mata kepala akan menjadi pengalaman yang sangat mengesankan, namun jika kita bisa mengabadikannya dalam sebuah foto, tentu akan menjadi buah kenang-kenangan yang sangat menyenangkan. Lalu bagaimana cara mengabadikannya? Lakukan persiapan dan pelajari tentang panjang fokus dan bagaimana menentukan sudut pandang serta eksposur yang baik terlebih dahulu.
Fase Pertama, Gerhana Parsial
Gerhana Matahari diawali dengan kontak pertama saat piringan bulan pertama kali menyentuh piringan matahari. Pada fase ini, filter matahari wajib terpasang di depan lensa atau teleskop untuk mengurangi intesitas cahayanya agar dapat terfoto dengan baik dengan kamera yang kita gunakan.
(Baca juga: 4 Kota Terbaik untuk Pengamatan Gerhana Matahari Total dari Sisi Cuaca)
Selama fase ini, pengaturan rana, ISO dan diafragma cenderung sama dan tidak berubah. Hal itu disebabkan karena intensitas cahaya matahari tetap sama besarnya meskipun matahari perlahan mengecil seiring dengan Bulan yang menutupi perlahan-lahan.
Fase parsial ini biasanya terjadi selama kurang lebih satu jam karena pergerakan bulan ke arah timur relatif terhadap matahari memiliki jarak 13.5 derajat busur per hari. Jika dibagi 24 jam, jarak tempuh 13,5 derajat ini akan menghasilkan sudut 0.56 derajat per jamnya, yang kurang lebih sama besarnya dengan ukuran piringan matahari dan bulan di kubah langit.
(Baca juga; Ini 5 Titik Lokasi Pengamatan GMT di Belitung Timur)
Fase Menjelang Total
Setelah satu jam piringan Bulan merayap menutupi piringan matahari, tibalah saatnya untuk menghadapi waktu-waktu kritis yang dapat menampilkan fenomena-fenomena menakjubkan yang terjadi hanya dalam beberapa detik saja. Dalam 60 detik sebelum fase total, bulan merayap dengan laju yang dipercepat. Terangnya langit siang hari perlahan mulai memudar, terutama pada arah datang bayangan bulan yang berjalan pada kecepatan 1600 km per jam. Dalam 10 detik sebelum fase total, matahari sabit sudah mulai dapat dilihat sekilas secara hati-hati tanpa menggunakan filter, secara bersamaan dengan Korona yang perlahan mulai menampakkan diri. Pada saat inilah kita melepas filter matahari pada lensa atau teleskop.
(Baca juga: Berburu Kesempatan Langka Seumur Hidup)
Kemudian, sabit dari piringan matahari dengan cepat mengecil dan menyatu bersama hingga akhirnya menampilkan Efek Cincin Permata (Diamond Ring Effect), sebuah kondisi dimana sebagian kecil piringan matahari masih belum tertutupi dan cahayanya yang terang memberikan kilauan efek seperti batu permata yang di lingkari oleh cahaya korona yang membentuk cincin.
Untuk memotret fenomena ini, kita harus mengatur kecepatan rana menjadi yang paling cepat karena filter matahari sudah dilepas sementara cahaya matahari masih sangat terang benderang. Ambillah foto dengan beberapa kecepatan rana yang berbeda untuk mendapatkan foto dengan eksposur yang paling tepat atau gunakan mode Bracketing pada kamera DSLR untuk mendapatkan variasi eksposur dalam waktu yang sangat singkat.
(Baca juga: Cara Aman Lihat Gerhana Matahari Total)
Fenomena Efek Cincin Permata hanya berlangsung dalam beberapa detik saja, seiring dengan semakin kecilnya cahaya pembentuk permata, sebelum akhirnya cahayanya terpecah menjadi beberapa titik cahaya terpisah berjajar yang membentuk efek Manik-manik Bailey (Bailey’s Beads). Efek Manik-manik Bailey ini tercipta dari sisa-sisa sinar matahari yang terpecah oleh gunung-gunung yang ada di permukaan bulan dan menyisakan titik-titik cahaya terpisah yang memancar dari lembah-lembah dalam di bulan. Dan seiring dengan hilangnya titik cahaya terakhir dari Manik-manik Bailey, dimulailah fase Total Gerhana Matahari.
Para fotografer yang pernah memotret Gerhana Matahari Total mengatakan bahwa pada fase ini sangatlah sulit tetap bersikap tenang dengan segala deretan fenomena menakjubkan yang ada. Tekanan terasa sangat berat di tengah emosi dan antusiasme yang membuncah. Namun apapun yang terjadi, sang fotografer harus terus dapat mengambil foto rentetan tahap-tahap gerhana dalam ketepatan waktu yang tinggi dan presisi, karena tidak ada ada sekalipun momen pengulangan.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR