Kepala badan purbakala Suriah, Senin (28/3/2016), mengatakan, lembaga itu membutuhkan waktu lima tahun untuk memperbaiki kota kuno Palmyra yang dihancurkan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Jika kami mendapatkan persetujuan UNESCO, maka membutuhkan waktu lima tahun untuk memperbaiki struktur yang dirusak atau dihancurkan ISIS," ujar Maamoun Abdulkarim kepada AFP.
"Kami memiliki staf yang kompeten, pengetahuan dan risetnya. Dengan persetujuan UNESCO, kami bisa memulai pekerjaan dalam waktu satu tahun," tambah Maamoun.
Pernyataan Maamoun ini dikeluarkan setelah pasukan Suriah yang didukung Rusia sukses mengusir ISIS dari kota kuno itu, Minggu (27/3/2016), sebagai klimaks dari ofensif selama tiga pekan.
Maamoun mengatakan, 80 persen peninggalan kuno di kota Palmyra masih dalam kondisi cukup baik.
"Para pakar kolega saya tiba di Palmyra hari ini. Saya sudah meminta mereka melakukan pemeriksaan bebatuan dan kota tua ini. Mereka mengambil foto kerusakan dan mendokumentasikan semuanya lalu restorasi bisa dimulai," lanjut dia.
ISIS menduduki Palmyra pada Mei tahun lalu yang langsung memicu keprihatinan dunia karena kelompok ini berniat menghancurkan peninggalan kuno di kota itu.
ISIS bahkan menggunakan amfiteater kuno Palmyra untuk melakukan eksekusi dan menghancurkan kuil Baal Shamin.
Pada September, ISIS menghancurkan Kuil Bel yang berusia 2.000 tahun dan sebulan kemudian menghancurkan Gerbang Kemenangan, yang dibangun pada 200 SM.
Maamoun mengatakan, upaya rahasia yang dilakukan lembaganya sukses mencegah ISIS menghancurkan seluruh kota bersejarah itu.
"Kami bekerja dengan 40-50 orang di dalam kota untuk meyakinkan ISIS, dengan tekanan publik, agar tidak menghancurkan apapun," kata Maamoun.
"ISIS melihat rakyat akan memberontak jika mereka menghancurkan semuanya. Akhirnya mereka berhenti menghancurkan dan mencuri," lanjut dia.
Maamoun menambahkan, UNESCO akan menggelar pertemuan khusus pekan ini untuk membahas situasi dan masa depan Palmyra.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR