Desa Kalisari di Purwokerto menggunakan cara kreatif dan murah untuk menjalani kehidupan sehari-hari, yakni dengan tahu! (Baca : Desa Penyihir yang Terkutuk di Spanyol)
Warga di Desa Kalisari memiliki sekitar 150 usaha tahu. Meskipun, tahu merupakan sumber bebas daging yang penuh dengan gizi, memproduksinya tentu membutuhkan biaya. 1 kilogram tahu membutuhkan banyak air untuk diproduksi, sekitar 33 liter (8,7 galon). Selain itu, asam asetat perlu ditambahkan ke dalam proses manufaktur. Ketika proses selesai, air limbah yang tersisa dimasukkan ke dalam sistem drainase dan berakhir di sungai terdekat.
AFP melaporkan bahwa kekuatan tersembunyi air inilah yang dimanfaatkan. Jika dicampurkan dengan jenis bakteria tertentu dalam tangki khusus, sejumlah besar biogas akan dihasilkan. Gas ini kemudian disalurkan langsung ke rumah-rumah, sehingga dapat digunakan menjadi bahan bakar kompor dalam rumah tangga.
Desa ini awalnya memulai dengan hanya satu tangki, hingga sekarang mereka memiliki lima. Hanya dengan lima tangka sudah dapat memberikan energi bersih untuk 100 rumah tangga. (Baca pula : Tembawang, Etalase ekologi Masyarakat Dayak Tae)
Beberapa pejabat dari desa-desa dan kota-kota sekitarnya mengunjungi desa Kalisari terinspirasi oleh proyek ini. Mereka berharap dapat melaksanaan skema yang sama, dengan dukungan dari lembaga teknologi pemerintah Indonesia. Ada juga yang berharap biogas bertenaga ampas tahu dapat digunakan menjadi sumber listrik di desa.
Tahun 2015 lalu, Indonesia masuk dalam lima pelaku utama di dunia ketika datang ke emisi gas rumah kaca. Tahun lalu pula telah menyatakan akan mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen pada tahun 2030, dan sedang dalam proses membatasi deforestasi skala besar. Yah, walaupun tahu belum memecahkan masalah lingkungan di dunia, desa kecil ini berdiri sebagai inspirasi bahwa banyak cara untuk menghasilkan alternatif energi di luar sana, berasal dari cara dan bahan tak terduga.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR