Sebuah makalah di jurnal Nature, 17 Februari 2021, para ilmuwan mengumumkan berhasil megnurutkan DNA tertua. Mereka berhasil mengekstraksi informasi dari materi genetik mamut yang hidup lebih dari satu juta tahun silam, yang mengalahkan temuan sebelumnya dari fosil kuda yang berusia 700.000 tahun.
Ekstrak DNA itu dilakukan oleh para ilmuwan dari geraham mamut di Siberia yang ditemukan awal 1970 oleh Andrei Sher, seorang paleontolog Rusia. Hasilnya, gigi ini diketahui berusia 800.000 hingga 500.000 tahun, tapi dua lainnya berusia antara 1,2 hingga satu juta tahun.
Para ilmuwan mengutarakan, temuan ini menunjukkan kondisi sekitar dapat melestarikan materi genetik yang lebih tua, yang dapat membantu mereka mengungkap rahasia evolusi masa lalu yang mendalam.
Salima Ikram, arkeolog Mesir di American University, Kairo, melaporkan penemuan kota emas Luxor yang hilang pada April. Temuan ini penting karena memberikan gambaran mengenai transisi misterius dalam sejarah Mesir kuno.
Kota metropolis itu tersembunyi di balik gurun pasir selama 3.400 tahun yang dibangun oleh Amenhotep III, kakek dari Tutankhamun. Lokasinya kini berada di sebelah barat kota Luxor modern, yang awalnya ditemukan sebagai kumpulan jalan berliku dan bangunan.
"Ini adalah ptoret waktu—sebuah versi Mesir dari Pompeii," ujarnya di National Geographic.
Meski ukuran kota ini belum ditentukan, informasi mengenainya dapat diketahui berkat hieroglif yang ditemukan.
Baca Juga: Pola Cadas Antropomorfik di Maluku, Gambaran Masyarakat di Masa Lalu
Para peneliti lewat studi yang diterbitkan di BiorXiv, Mei 2021, berhasil mengurutkan genom manusia secara lengkap. Penelitian ini memecahkan teka-teki para ilmuwan selama dua dekade terkait sisi kesenjangan genetika kita.
Temuan ini merupakan pencapaian penting untuk memahami jati diri biologis manusia. Para peneliti menambahkan hampir 200 juta pasangan basa dan beberapa koreksi pada analisis genom sebelumnya. Tapi, para ilmuwan berkomentar di Nature, penelitian ini masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan karena belum sepenuhnya mengurutkan kormosom Y.
Lewat penemuan, pemulihan, dan analisis, yang dilakukan tim lintas disiplin, sebuah kuburan seorang anak dari 78.000 tahun yang lalu terungkap. Kerangka yang ditemukan kurang dari 10 mil ke pedalaman dari pantai laut Kenya tenggara, ditandai sebagai kuburan manusia tertua yang pernah ditemukan di Afrika.
Fosil itu dinamai "Mtoto" yang dalam bahasa Swahili berarti anak. Ia ditemukan dengan posisi tulang belakang kepala dan leher sedang beristirahat di atas sejenis bantal.
"Kami tidak bisa membaca pikiran mereka," kata pemimpin penelitian María Martinón-Torres, "tetapi dengan cara mengubur seseorang, Anda memperpanjang hidup orang itu.”
Tim peneliti dari Nanyang Technological University (NTU) mengungkap adanya gempa yang berlangsung selama 32 tahun dengan menganalisis beberapa karang purba. Mereka menyebut, temuan ini adalah gempa yang paling lambat yang pernah tercatat, dan menjadi penyebab gempa besar di Sumatra pada 1861 berkekuatan 8,1 skala Richter.
Perstiwa ini dikenal sebagai slip lambat yang jenisnya ditemukan pada 1990-an. Dengan pengungkapan gempa lambat ini, dapat menjanjikan dan membantu peneliti untuk mengurai potensi gempa lambat yang dapat memicu guncangan yang lebih besar.
Baca Juga: Studi: Kedalaman Gempa Berdampak pada Potensi Ancaman Tsunami
Juni 2021, para arkeolog menetapkan spesies manusia purba baru, Homo longi yang dijuluki 'Manusia Naga', yang disembunyikan dalam sumur di Manchuria, Tiongkok oleh seorang petani. Cucu sang petani menemukannya pada 2018 dan sejak saat itu diteliti.
Para peneliti lewat makalah jurnal The Innovation, tengkorak itu diperkirakan berusia 146.000 tahun, dengan perpaduan aneh pada fitur hominin kuno dan modern. Hasil analisis itu memicu perdebatan para ahli, karena melihat adanya kesamaan yang luar biasa antara Homo longi dan Denisova yang misterius.
Sementara, ada pula kandidat spesies hominin baru berdasarkan temuan di Israel pada bulan Juni oleh arkeolog lainnya. Fragmen tengkorak dan rahang itu memiliki campuran fitur yang membingungkan dengan usia sekitar 140.000 tahun. Tapi lewat dua makalah, para peneliti memutuskan tidak menamainya sebagai hominim baru, mengingkat sedikitnya sisa-sisa yang ditemukan di lokasi.
Rotifera memang dikenal sebagai makhluk mikroskopik yang tahan terhadap pembekuan, perebusan, pengeringan, kondisi dengan oksigen rendah, dan radiasi. Tapi siapa sangka, Rotifera bdelloid yang berusia 24.000 tahun silam, atau ketika mamut masih berkeliaran di Bumi, bisa dihidupkan kembali setelah membeku di lapisan es Siberia.
Fenomena ini dijelaskan oleh para peneliti di jurnal Current Biology, Juni. Temuan ini menjadi sorotan para ilmuwan untuk memahami batas toleransi sebenarnya makhluk mikroskopis ini di lingkungan dingin yang lebih ekstrem.
Para peneliti juga melaporkan, setelah dihidupkan kembali, makhluk itu terus berkembang biak lewat reproduksi aseksual.
Baca Juga: Ingin Ramah Lingkungan, Ilmuwan Tiongkok Ciptakan Plastik dari Sperma
Masih di bulan yang sama, para astronom berhasil mengungkap objek misterius yang terlihat bergerak melintasi langit. Ternyata, objek itu adalah komet purba berukuran sangat besar, bernama Bernardinelli-Bernstein yang dinamai mengikuti nama penemunya: Pedro Bernardinelli dan Gary Bernstein.
Objek es itu berasal dari awan Oort, kabut bulat besar yang mengelilingi matahari ribuan kali lebih jauh dari Bumi. Temuan ini mendorong para astronom di seluruh dunia untuk merancang teleskopnya untuk komet purba ini dan menjadi target penelitian yang menarik kedepannya.
Komet Bernardinelli-Bernstein akan tumbuh lebih terang di langit malam, ketika memasuki tata surya bagian dalam selama dekade berikutnya. Diperkirakan posisi terdekatnya dengan Bumi pada 21 Januari 2031.
Baca Juga: Hampir Seabad, Ilmuwan Berhasil Pecahkan Misteri Bayangan Hijau Komet
Planet yang berada di luar tata surya, atau eksoplanet, di sistem bintang muda yang berjarak 400 tahun cahaya, memiliki piringan kabur yang berputar. Deteksi baru ini terungkap oleh astronom pada Juli, yang mendapati tampilan jelas pertama pada cincin es dan batu tempat bulan dapat terbentuk (circumplanetary).
Temuan ini memberi para ilmuwan pandangan langka terkait pembentukan awal dunia, dan bagaimana bulan terbentuk di seluruh galaksi. Temuan ini dipublikasikan di The Astrophysical Journal Letters.
FDA atau sejenis BPOM di Amerika Serikat memberikan persetujuan penuh untuk vaksin Pfizer-BiNTech untuk mengentaskan pagebluk COVID-19. Tanggapan ini menjadi tonggak penting dalam penanganan kasus yang terjadi pada 23 Agustus.
Para ilmuwan dan profesional kesehatan mengatakan, persetujuan penuh ini dapat meringkankan kekhawatiran publik yang masih ragu untuk menerima vaksinasi. Cara ini, menurut merka di National Geographic, juga diperkirakan membuka peluang bagi perusahaan dan sekolah untuk menganjurkan pemberian vaksin dosis tambahan.
Sebelumnya para ahli percaya bahwa manusia bermigrasi ke benua Amerika terjadi pada 13.000 tahun silam. Dugaan itu terbantahkan lewat penelitian jejak kaki di Taman Nasional White Sands, New Mexico, Amerika Serikat, yang menjadi kontroversi kalangan ilmuwan. Hasil temuan itu dilaporkan dalam jurnal Science oleh 14 peneliti, September 2021.
Jejak itu diperkirakan sudah berusia 23.000 hingga 21.000 tahun yang lalu oleh seorang remaja yang melintasi tanah lunak di dekat tepi danau kuno.
"Ini adalah situs pertama yang tegas dan titik data yang baik yang menyatakan manusia tiba di barat daya Amerika sekitar periode maksimum glasial terakhir," terang Matthew Bennett, penulis pertama makalah dari Institute for Studies in Landscapes and Human Evolution, Bournemouth University, Inggris.
Baca Juga: Migrasi Manusia Purba Siberia, Menunjukkan Penduduk Asli Amerika
Setelah sekian lama malaria menjadi penyakit mematikan yang menghantui manusia, WHO mengesahkan vaksinnya untuk pertama kali pada Oktober. Vaksin tersebut dibuat oleh GlaxoSmithKline, dengan nama Mosquirix.
Cara kerja adalah dengan meningkatkan sistem kekebalan melawan Plasmodium flaciparum (salah satu dari lima patogen malaria yang mematikan dan paling umum di Afrika). Vaksin ini diyakini manjur 56 persen selama setahun dalam uji klinis yang dilaporkan di The New England Journal of Medicine.
Temuan mencegah penyakit mematikan ini disorot, sebab kemunculannya di tengah kondisi para ilmuwan mencoba membuat vaksin lebih efektif memerangi COVID-19 yang sedang melanda.
Di bulan yang sama dengan penemuan vaksin malaria, dunia dihebohkan dengan ahli bedah yang berhasil mengtransplantasikan ginjal milik babi pada manusia, lewat pengubahan secara genetik. Upaya ini dikatakan "sukses" setelah diuji selama 54 jam pada pasien manusia yang sudah mati otak dan tetap hidup secara artifisial.
Rekayasa genetika ini menjadi harapan masa depan tentang penyediaan sumber organ yang berkelanjutan yang sangat dibutuhkan, terlebih daftar pasien terus bertambah di seluruh dunia.
Kehebohan temuan ini kemudian mendapatkan respon dari kalangan agamawan di Universitas Al-Azhar, Mesir, dengan fatwa halal bersyarat dan ketentuan berlaku.
Baca Juga: Fatwa Al-Azhar: Transplantasi Ginjal Babi ke Manusia Boleh Bersyarat
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR