Para astronom menemukan lubang hitam supermasif yang sendirian bergerak di alam semesta. Sendiri di sini artinya tidak ada bintang apapun di sekeliling lubang hitam tersebut. Ia tidak hidup dalam pusat sebuah galaksi seperti lubang hitam supermasif pada umumnya.
Seperti namanya, lubang hitam supermasif itu memiliki massa yang luar biasa besar. Bisa mencapai jutaan sampai miliaran kali massa lubang hitam terbentuk saat bintang mengakhiri hidupnya. Lubang hitam hasil evolusi bintang memang bisa kita temui sendirian atau dalam sistem bintang berdua. Tapi tidak demikian dengan lubang hitam supermasif. Ia hidup di pusat galaksi-galaksi besar.
Sampai saat ini, bagaimana lubang hitam supermasif memang masih dicari jawabannya. Ada beberapa teori yang dikemukakan terkait pembentukkannya. Salah satunya, lubang hitam supermasif terbentuk dari lubang hitam generasi awal yang kemudian bertumbuh menjadi besar setelah melahap bintang dan gas yang ada di sekelilingnya.
Skenario lain, lubang hitam supermasif terbentuk dari penggabungan lubang hitam yang menjadi inti galaksi-galaksi kecil saat galaksi-galaksi tersebut saling bertabrakan. Hal ini jamak terjadi di masa lalu alam semesta ketika ukuran alam semesta lebih kecil dari sekarang dan interaksi antargalaksi lebih sering terjadi.
Ketika dua galaksi bertabrakan, selain lubang hitamnya bergabung jadi lubang hitam yang lebih masif dari sebelumnya, kedua lubang hitam juga bisa berakhir saling mengorbit satu sama lainnya. Jejak tabrakan dua galaksi berupa pasangan lubang hitam supermasif yang saling mengorbit inilah yang dicari oleh para astronom yang dipimpin James Condon, dari National Radio Astronomy Observatory.
Pengamatan pada 1200 galaksi yang mereka lakukan memberikan hasil yang memang sudah diketahui. Lubang hitam supermasif memang ditemukan hidup di pusat galaksi.
Tapi, ada yang menarik.
Ada satu lubang hitam supermasif di gugus galaksi ZwCl 8193 yang tidak mengikuti aturan yang ada. Ia justru ditemukan hampir telanjang seperti baru dilucuti pakaiannya dan sedang bergerak menjauhi inti galaksi besar dengan kecepatan lebih dari 3200 km per detik. Hal ini diketahui dari jejak gas terionisasi yang ia tinggalkan di sepanjang perjalanan. Lubang hitam ini diberi nama B3 1715+425 atau kita singkat B3. Di sekelilingnya juga ditemukan galaksi yang jauh lebih kecil dan lebih redup.
Lubang hitam B3 beserta gugus galaksi tempat ia berdiam berada sangat jauh dari Bumi. Jaraknya 2 miliar tahun cahaya dari Bumi. Tampaknya, kesendirian B3 punya cerita sendiri.
Sama seperti lubang hitam supermasif lainnya, B3 juga pernah hidup sebagai pusat sebuah galaksi. Tapi, dalam perjalanannya jutaan tahun yang lalu, ia berpapasan dengan galaksi yang lebih besar. Saat bertemu, interaksi antara B3 dengan lubang hitam supermasif di galaksi yang lebih besar itu tidak menghasilkan lubang hitam baru yang jauh lebih masif ataupun dua lubang hitam yang saling mengorbit. Galaksi kecil dimana lubang hitam supermasif B3 bernaung justru dilucuti dari bintang-bintang dan gas yang mengelilinginya. Akibatnya hanya tersisa lubang hitam yakni si B3 dan jejak sisa-sisa galaksi kecil yang ukurannya kini hanya 3000 tahun cahaya. Bandingkan dengan Bima Sakti yang diameternya 100 000 tahun cahaya.
Lubang hitam supermasif B3 dan sisa galaksinya pada suatu hari kelak tidak akan lagi terdeteksi oleh kita. Perjalanannya akan menyebabkan kehilangan massa yang lebih besar lagi dan bintang baru juga tidak akan terbentuk di sini. Dalam beberapa miliar tahun lagi, yang tersisa hanya lubang hitam B3 tanpa ada apapun di sekelilingnya. Dan ketika itu terjadi, lubang hitam B3 akan hilang dari pandangan dan tidak terdeteksi, karena para astronom tidak akan menemukan lubang hitam jika tidak ada lagi interaksi dengan materi sekelilingnya. Sidik jari sebuah obyek di alam semesta itu berasal dari cahaya yang kita terima di Bumi. Tanpa ada cahaya dalam panjang gelombang apapun yang bisa lolos dari lubang hitam, tidak ada informasi yang bisa kita terima.
Melihat keberadaan B3, para astronom menduga ada lebih banyak lubang hitam supermasif sejenis yang tidak lagi terdeteksi setelah dilucuti oleh galaksi yang lebih besar ketika berpapasan di masa awal alam semesta. Hanya saja kini tidak ada lagi informasi yang bisa kita terima dari mereka.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR