Menafsirkan rasa sakit menjadi lebih menantang dengan binatang non-mamalia seperti reptil. Mereka tidak memiliki ekpresi wajah seperti mamalia. Beberapa dari mereka bahkan tidak memiliki kelopak mata,ungkap Bree Putman melalui email, seorang rekan pascasarjana dari Natural History Museum of Los Angeles.
Namun, bukan berarti mereka tidak merasakan sakit: "Reptil, amfibi, dan ikan memiliki susunan saraf yang diperlukan untuk merasakan rasa nyeri, menurut buku Pain Management in Veterinary Practice.
Reptil menghindari rangsangan rasa sakit dan obat-obatan pereda rasa sakit - kedua hal tersebut menunjukkan bahwa reptil mengalami rasa nyeri, kata Putman.
Di alam liar, spesies mangsa seperti kelinci menghindari menunjukkan rasa sakitnya agar mereka dapat lolos dari predator, kata Brown.
Bekoff mengatakan, hal yang sama juga berlaku untuk predator, seperti serigala. Satwa yang menunjukkan rasa sakit atau kelemahan, akan membuat mereka rentan menjadi mangsa para predator.
Burung memiliki reseptor rasa sakit, kata Bekoff, dan mereka dapat merasakan sakit seperti yang mamalia rasakan. Menurut sebuah penelitian pada tahun 2000, ayam yang pincang memilih makanan yang mengandung pereda rasa sakit ketika mereka dibiarkan memilih sendiri makanan mereka.
Makhluk Yang Hebat dan Kecil
Terlepas dari spesies hewan, dokter hewan mampu mengobati pasien mereka dengan cara "mempertimbangkan fakta bahwa ini bisa menjadi hal yang menyakitkan,"menurut Brown.
Termasuk kura-kura Galapagos, dimana mereka terkadang mampu melukai diri mereka saat berhubungan seks.
"Jika si jantan jatuh dari sang betina setelah kawin,” katanya, para raksasa tersebut dapat memecahkan cangkang mereka bahkan kaki mereka sendiri. “Itu pasti menyakitkan!"
Penulis | : | |
Editor | : | endah trisulistiowaty |
KOMENTAR