Nationalgeographic.co.id—Cahaya berpendar dari deretan jendela lebar di bekas gudang rempah milik VOC. Saya berada di tengah lautan pelaut kulit putih yang membanjiri ruang dalam. Semakin malam, ingar-bingar bercampur aroma bir impor kian mengangkasa hingga ke langit-langit kayunya.
Namun, ini bukan sekadar pesta kelasi yang usai dalam semalam.
Mereka adalah para perwira angkatan laut asal Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan Belanda. Hari itu, tepat 75 tahun silam, leluhur mereka yang tergabung dalam ABDACOM (American-British-Dutch-Australian Command) bertarung melawan Jepang dalam Pertempuran Laut Jawa pada 27-28 Februari 1942. Pertaruhan besar untuk Jawa itu dicatat sebagai pertempuran laut terhebat sepanjang Perang Dunia Kedua. Hingga 1 Maret 1942, sejumlah 2.100 pelaut Sekutu telah meregang nyawa, termasuk 220 awaknya yang asal Indonesia. Sekutu memiliki 14 kapal (9 kapal perusak) dalam pertempuran itu, sementara Jepang sebanyak 28 kapal (14 kapal perusak).
Hari itu, tepat 75 tahun silam, leluhur mereka bertarung melawan Jepang dalam Pertempuran Laut Jawa pada 27-28 Februari 1942. Pertaruhan besar untuk Jawa itu dicatat sebagai pertempuran laut terhebat sepanjang Perang Dunia Kedua.
Pertempuran Laut Jawa membawa nama Laksamana Muda Karel Doorman. Sejak awal Februari 1942, dia menjadi komandan skuadron “Striking Force” ABDACOM. Pada 26 Februari petang, armada empat kebangsaan dalam skuadron itu telah bersiaga meninggalkan Surabaya untuk kiprah pamungkasnya.
Pada dini hari 28 Februari 1942, sang laksamana muda tewas bersama tenggelamnya kapal penjelajah “De Ruyter” karena —nasib sial dan—torpedo Jepang yang di luar dugaan berjangkauan jarak jauh. Sebuah kebanggaan seorang pelaut apabila bisa tenggelam bersama kapal yang dinakhodainya. Sejak saat itu armada Sekutu kian tercerai-berai. Hari berikutnya, pada 1 Maret 1942, serdadu-serdadu Jepang telah mendarat di Pantai Kragan, Eretan Wetan, dan Merak. Mereka bergerak cepat masuk ke pedalaman. Dalam hitungan seminggu, imperium Hindia Belanda itu pun tamat.
Kenangan atas pertempuran laut tersebut dikisahkan kembali dalam sebuah pameran tetap di Museum Bahari, Jakarta, yang bertajuk Pertempuran Laut Jawa. Pada Senin malam, 27 Februari 2017, pameran ini dibuka oleh Duta Besar Kerajaan Inggris Moazzam Malik, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia Jenderal TNI Luhut Binsar Panjaitan, dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Catur Laswanto.
Melirik Kasus Codeblu, Dulu Pengulas Makanan Justru Sangat Menjaga Anonimitas, Kenapa?
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Silvita Agmasari |
KOMENTAR