Upaya pembersihan sisa-sisa bahan bakar nuklir dan puing-puing di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi tampaknya tak berjalan lancar. Kawasan tersebut dengan cepat berubah menjadi kuburan robot akibat banyaknya robot kendali jarak jauh rusak dan berakhir menjadi “bangkai” di dalam tempat itu.
Tiga reaktor di Fukushima Daiichi hancur setelah dihantam gempa bumi dan tsunami pada 2011 silam. Enam tahun berlalu, Tokyo Electric Power Company (Tepco), masih berupaya menemukan dan memindahkan batang bahan bakar nuklir yang meleleh dan berada di antara puing-puing reruntuhan radioaktif. Bagaimana pun mereka berusaha, robot kendali jarak jauh yang ditugaskan di lingkungan berbahaya ini terus menerus mengalami kegagalan.
Kasus paling baru, robot kendali jarak jauh terpaksa dikeluarkan dari reaktor no. 2 sebelum menyelesaikan misinya. Robot ini terpapar radiasi lima kali lipat dari batas kemampuannya selama lebih dari 2 jam.
Meskipun berhasil mendapatkan pembacaan suhu dan tingkat radiasi, robot ini tidak dapat menangkap gambar yang menunjukkan inti atau lokasi batang nuklir. Ini berarti robot selanjutnya akan menghadapi lebih banyak hambatan dan punya sedikit waktu untuk melakukan misinya.
Sebelumnya, dua robot lain juga telah gagal menyelesaikan misinya setelah terjebak di dalam pembangkit listrik dan kehabisan bahan bakar.
Naohiro Masuda, Kepala Program Penonaktifan Tepco mengatakan bahwa kegagalan berulang pada robot menjadi masalah yang harus segera diatasi. Ia juga mengungkapkan, dibutuhkan lebih banyak kreativitas dan kecerdikan dalam menghadirkan generasi robot pembersih yang baru.
“Kami harus berpikir di luar kebiasaan, agar dapat menguji bagian dasar pusat nuklir itu dan bagaimana puing-puing bahan bakar yang meleleh menyebar,” kata Masuda.
Tepco menjadwalkan untuk mulai membersihkan situs secara menyeluruh pada tahun 2021. Proses pembersihan itu sendiri diperkirakan akan memakan waktu sekitar 40 tahun.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR