Artis Jennifer Dunn ditangkap polisi terkait kasus penyalahgunaan narkoba. Ini bukan pertama kalinya Jennifer terjerat kasus narkoba. Pada 2005, ia kedapatan menyimpan ganja. Di 2009, Jennifer kembali berurusan dengan aparat penegak hukum seusai pesta narkoba dengan rekan-rekannya di tempat kosnya di kawasan Jakarta Selatan. Kala itu dia kedapatan menyimpan satu paket sabu dan 7 pil ekstasi.
Jennifer kembali dibekuk polisi jelang malam pergantian tahun 2018 karena memesan sabu dari seorang bandar berinisial FS. Dia dibekuk pada Minggu (31/12/2017) sore di rumahnya di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Baca juga: Media Sosial Tak Selalu Buruk, Ini Sisi Positifnya Bagi Remaja
Saat polisi menggelar jumpa pers terkait penangkapan Jennifer, artis itu mengaku menyesal.
"Maaf semuanya, aku menyesal," kata Jennifer di Mapolda Metro Jaya, Selasa kemarin.
Meski demikian, dari pengamatan Kompas.com, tak terlihat raut penyesalan di wajah Jennifer. Saat pertama kali dibawa keluar polisi, Jennifer tertawa.
Dia tak tertunduk malu ketika melihat banyak wartawan yang meliput. Sesekali dia menebar senyuman ketika kamera fotografer menyorotnya.
Dampak sabu
Sebenarnya, apa yang terjadi pada otak manusia saat mengonsumsi sabu? Dokter kesehatan jiwa, dr. Andri, SpKJ, FAPM menjelaskan, zat golongan amfetamin atau metamfetamin seperti sabu-sabu dan ekstasi dapat menyebabkan lonjakan hormon serotonin dan dopamin berkali-kali lipat dari biasanya.
"Hal ini yang membuat pengguna stimulan merasakan rasa nyaman dan gembira luar biasa," jelas Andri.
Orang yang konsumsi sabu akan merasa lebih percaya diri. Namun, efek menyenangkan itu hanya terjadi sesaat. Efek yang sebenarnya terjadi adalah kerusakan kesimbangan sistem di otak. Mereka yang konsumsi sabu bisa menjadi lebih sulit mengelola stres.
Gangguan kecemasan
Andri mengungkapkan, penggunaan sabu dalam jangka panjang bisa menimbulkan efek gangguan kecemasan di kemudian hari. Efek tersebut bahkan muncul setelah sudah tak lagi konsumsi sabu.
Andri beberapa kali mendapati pasien dengan gangguan kecemasan yang ternyata sebelumnya memiliki riwayat konsumsi sabu maupun ekstasi.
Baca juga: Apa Kata Ilmuwan Tentang Aturan \'Belum Lima Detik\'
Gejala kecemasan bisa berupa jantung berdebar tiba-tiba, sesak napas, hingga perasaan melayang. Hal itu terjadi karena sudah rusaknya keseimbangan sistem hormon serotonin dan dopamin di otak.
Efek lain juga bisa muncul gejala psikotik, seperti ide-ide paranoid. Mereka bahkan jadi rentan depresi.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR