Kebun Raya Bogor memiliki koleksi lebih dari 500 jenis anggrek yang sebagian besar berasal dari hasil eksplorasi di berbagai daerah di Indonesia. Sejak tahun 1997, lebih dari 100 jenis anggrek disemai di laboratorium Kultur Jaringan dan Pembibitan Anggrek.
Dari koleksi-koleksi anggrek tersebut, Kebun Raya Bogor memiliki anggrek yang diberi nama dari tokoh-tokoh terkenal dan memiliki sejarah masing-masing. Diantaranya adalah Anggrek Kimilsungia dan Anggrek Tien Soeharto.
Anggrek Tien Soeharto (Cymbidium hartinahianum) adalah anggrek endemik di Sumatra Utara, nama latin dari anggrek hartinah diambil dari nama istri mantan Presiden Soeharto, Hartinah Soeharto yang juga akrab disapa Ibu Tien.
Tumbuhan anggrek Cymbidium hartinahianum ini memiliki tampilan yang nyaris mirip dengan alang-alang. (Ilustrasi oleh Agus Prijono)
Anggrek ini pertama kali ditemukan pada tahun 1976 di Desa Baniara, Sumatera Utara. Nama latin tersebut diberikan karena penemu pertama dari anggrek ini adalah ilmuwan Indonesia yang ingin memberikan penghargaan kepada Ibu Tien dengan menjadikan nama Ibu Tien sebagai nama ilmiah anggrek yang ditemukannya.
Cymbidium hartinahianum ini merupakan anggrek tanah yang tumbuh merumpun dan tumbuh di tepat terbuka pada ketinggian 1.700-2.700mdpl. Anggrek in memiliki daut berbentuk pita dengan ujung yang runcing dan panjang 50-60cm. Bunganya berbentuk bintang dan bertekstur tebal, dengan ukuran kelopak dan mahkotanya yang hampir sama besar.
Anggrek ini kini sulit ditemukan di habitat haslinya, hal ini dikarenakan habitat aslinya di daerah Sumatra Utara telah terbelah oleh jalan raya. Tim Eksplorasi Kebun Raya Bogor berhasil menemukan kembali sisa dari populasi anggrek tersebut di daerah Toba Samosir.
Kebun Raya Bogor telah berhasil membawa biji anggrek ini ke laboratorium, namun anggrek ini tidak mungkin dikembalikan ke habitat aslinya karena lokasi tumbuhnya anggrek tersebut telah tergusur.
Penulis | : | |
Editor | : | Devy Listyarini |
KOMENTAR