Baca juga: 10 Foto Favorit National Geographic dari Seluruh Dunia
"Apa yang ditunjukkan oleh studi baru kami adalah bahwa keseluruhan sistem sudah ada di sana—semuanya telah diisi dan siap untuk dipicu," kata Adriano Mazzini, penulis utama studi tersebut.
Studi ini juga mendapat kritik dari peneliti yang tidak memercayai data mengenai terowongan Arjuno-Welirang terkait dengan Lusi. Ahli vulkanologi, Mark Tingay, dari University of Adelaide mengatakan bahwa data peneliti tidak diperiksa secara akurat terhadap data kecepatan yang diukur di daerah tersebut dan mencatat perbedaan dengan pengukuran sebelumnya.
“Penelitian ini tidak membandingkan hasilnya dengan citra resolusi yang jauh lebih tinggi yang tersedia dari survei seismik refleksi industri minyak 2D," ujar Tingay. Dia menambahkan bahwa survei tambahan dapat digunakan untuk membandingkan dan memvalidasi hasil, yang berguna dalam tomografi karena seringkali dapat menghasilkan kesalahan.
Apa yang Menyebabkan Letusan Pertama Kali?
"Ini hanya masalah mengaktifkan kembali atau membuka patahan, dan apa pun tekanan berlebihan yang Anda kumpulkan di permukaan bawah, pasti akan berusaha melarikan diri dan sampai ke permukaan, dan itu adalah Lusi," jelas Mazzini.
Bagaimana lahar berbahaya sebenarnya mulai diperdebatkan dengan serius dalam dekade terakhir. Ilmuwan cukup bersatu dalam mengatakan bahwa semua tekanan ini dihasilkan oleh aktivitas seismik, namun tidak ada konsensus mengenai asal usul aktivitas ini.
Satu studi yang dirilis pada tahun 2007 di GSA Today mengklaim bahwa letusan mematikan tersebut disebabkan oleh gas eksplorasi yang menghujam batuan bertekanan tinggi, 9.300 kaki di bawah permukaan.
Artikel terkait: Letusan Gunung Agung Bisa Menghasilkan Tanah Tersubur di Dunia
Dalam studi Marine and Petroleum Geology, yang Mazzini juga membantu penulis, tim tersebut mengemukakan bahwa gempa berkekuatan 6,3 yang terjadi beberapa hari sebelumnya dari Lusi, dekat kota Yogyakarta, memicu naiknya air laut, magma, atau cairan lainnya secara besar-besaran. Ini bertentangan dengan sebuah penelitian yang Tingay turut serta, bahwa sebuah gempa di wilayah tersebut akan menghasilkan efek geologis yang sangat berbeda.
Terlepas dari penyebab pastinya, banyak penelitian menunjukkan bahwa Lusi tidak menunjukkan indikasi kapan akan berhenti.
Mendesak Pengesahan RUU Masyarakat Adat yang Menjadi Benteng Terakhir Upaya Konservasi
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR