Banjir sungai dapat mendatangkan malapetaka pada rumah-rumah dan jalanan. Namun, menurut penelitian di Oregon State University, banjir ternyata penting untuk ekosistem sungai yang sehat.
Studi ini menunjukkan bahwa perubahan pola aliran alami sungai (karena bendungan, pengalihan dan perubahan presipitasi) menyebabkan kerusakan pada komunitas tanaman riparian—tumbuhan yang hidup dan berkembang di tepi-tepi sungai—dan ekosistem sungai pada umumnya.
Bahkan, penulis studi terkait, Jonathan Tonkin dari OSU College of Science, mengungkapkan bahwa pergeseran kecil dalam pola aliran temporal merusak jaringan vegetasi yang bersaing. Efek yang paling parah adalah ketika banjir siklis terjadi.
Artikel terkait: Banjir, Tak Ada Solusi yang Mudah
"Kita menganggap banjir sebagai kekuatan yang merusak, karena banjir dapat melakukan apa saja terhadap infrastruktur manusia," kata Tonkin, seorang sarjana pascadoktoral dalam biologi integratif. "Namun, banjir memiliki manfaat di berbagai hal, baik untuk organisme maupun habitat di dalam dan sekitar sungai”, tambahnya.
Peneliti menggunakan model untuk mengeksplorasi bagaimana saja ragam aliran yang mungkin dapat mempengaruhi keragaman dan integritas hutan riparian di sepanjang sungai besar. Selain itu, model yang digunakan bertujuan untuk melihat pohon dan semak-semak yang umum ditemukan di sungai di seluruh dunia. Kelompok-kelompok tersebut merupakan kelompok spesies yang memiliki respons serupa terhadap ketersediaan air dan gangguan aliran sungai.
Para ilmuwan menggunakan biologi spesies yang terperinci dan data arus Sungai Yampa Colorado—sebuah jalur air sepanjang 250 mil—selama 83 tahun untuk membangun model komputer yang memprediksi arus balik. Cara tersebut juga untuk mengukur dampak perubahan aliran pada komunitas tanaman riparian.
Baca juga: Video: Penyelamatan Dramatis Saat Banjir Ganas Menerjang Cina
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perubahan sederhana dalam pola historis banjir dan kekeringan dapat memiliki dampak negatif pada jaringan ekologi. Hal ini menunjukkan bahwa "koneksi" jaringan berkurang saat perubahan aliran meningkat; Koneksi adalah ukuran seberapa terkait spesies dalam jaringan satu sama lain.
Hasil temuan yang dipublikasikan di Nature Ecology and Evolution ini juga menunjukkan bahwa homogenisasi aliran sungai, akibat dari pembendungan, mungkin sama merugikannya dengan musim kering bagi komunitas riparian. "Koneksi memainkan peran mendasar dalam menjaga keanekaragaman hayati," ucap Tonkin.
Bukti menunjukkan bahwa komunitas yang sangat terhubung lebih mampu mengatasi kerugian spesies di jaring makanan dan lebih tahan terhadap invasi oleh spesies nonasli. Dengan demikian, Tonkin mengatakan, melestarikan atau memulihkan kehidupan komponen kunci—yang meningkatkan koneksi—di sekitar sungai perlu menjadi prioritas bagi para pengelola sungai.
"Komunitas yang bergantung pada sungai telah berevolusi selama ribuan tahun dan telah disesuaikan dengan seleksi alam terhadap volume dan variabilitas arus musiman," ujar Tonkin. "Pemeliharaan banjir pada dasarnya penting bagi kesehatan ekosistem. Banjir merupakan pendorong utama ekologi sungai,” tambahnya.
Baca juga: Banjir Fenomenal Ciptakan Hiasan Alam yang Menakjubkan
Salah satu efek dari berkurangnya banjir adalah perubahan tanaman riparian yang memainkan peran kunci. Pemegang peran kunci ini memiliki pengaruh terbesar pada jaringan ekologis dalam hal pengaruh pada spesies lain.
"Dengan tidak adanya banjir, status komponen kunci pada pohon-pohon hydroriparian hilang, seperti kayu kapas, alnus, dan permen karet merah," ujar Tonkin. "Hilangnya para komponen kunci menyebabkan perubahan pada layanan ekosistem yang penting secara mendasar." Layanan ekosistem yang dimaksud seperti penyediaan habitat untuk satwa liar, mitigasi banjir dan stabilitas tepi sungai, peraturan iklim mikro, dan siklus hara.
"Karena komponen yang berbeda memiliki kriteria tanah dan peran ekologi yang berbeda, penting untuk memprediksi mana yang akan berfungsi sebagai peran kunci dalam arus balik," ungkap Tonkin.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR