Jika Anda sedang menjalankan program penurunan berat badan dan angka timbangan berangsur turun, selamat. Semua berjalan sesuai tujuan. Namun, jika Anda tak melakukan apa-apa lalu berat badan terus turun, jangan senang dulu.
Berat badan adalah penanda kesehatan tubuh secara keseluruhan. Fluktuasi yang besar dalam bobot tubuh bisa menandakan ada sesuatu yang serius menyangkut kesehatan.
Bukan mau menakut-nakuti. Tapi, dalam hal kesehatan lebih baik waspada bukan?
"Jika Anda kehilangan 5-10 persen berat badan dalam tiga sampai enam bulan, sebaiknya periksakan," kata ahli endokrin dan penyakit diabetes di Icahn School of Medicine at Mount Sinai, dokter Reshmi Srinath.
(Baca juga: Lakukan Hal-hal Ini Agar Berat Badan Tak Naik Turun Setelah Diet)
Berikut adalah beberapa penyebab yang mungkin menjadi alasan di balik turunnya berat badan.
Ya, penyakit kanker bisa menyebabkan berat badan turun drastis. Menurut Srinath, jika seseorang tidak melakukan perubahan pola makan, olahraga, atau level stres tidak berubah, mendadak menjadi kurus harus diwaspadai.
Sebagian besar penyakit kanker menyebabkan sindrom susutnya bobot tubuh yang disebut cancer cachexia. "Kondisi ini ditandai dengan peradangan sistemik, keseimbangan protein dan energi yang buruk, serta turunnya massa lemak tubuh. Biasanya ditemukan pada stadium akhir kanker," kata ahli gizi Maya Feller.
Ketika seseorang mengalami penurunan berat badan yang drastis, kemungkinan besar ia menderita diabetes. "Karena kadar gula darah di tubuhnya sangat tinggi, bisa mengganggu ginjal dan sistem tubuh," kata Srinath.
(Baca juga: 7 Cara Turunkan Berat Badan untuk Si Doyan Makan)
Tubuh tidak bisa memakai gula darah untuk bahan bakar, dan semuanya akan disaring di ginjal, lalu dikeluarkan. Padahal, bagian tubuh kita seperti otot dan tulang, tidak mendapatkan energi dari gula darah. Lama kelamaan tubuh pun terlihat kurus.
Selain berat badan yang turun, orang yang diabetes juga mengalami gejala sering haus, sering buang air kecil, pandangan kabur, atau rasa kebas di tangan dan kaki.
Ketika menghadapi stres atau drama hidup yang cukup berat, nafsu makan biasanya hilang. Menurut Feller, otak akan melepaskan hormon-hormon yang menekan nafsu makan.
"Otak juga mengirim pesan pada kelenjar adrenal untuk menghentikan produksi hormon adrenal di ginjal sehingga muncul respon \'lawan atau tinggalkan\', sebuah kondisi psikologi saat stres yang membuat makan tidak jadi prioritas," kata ahli nutrisi penyakit kronis ini.
Beberapa gangguan pencernaan, seperti penyakit celiac, penyakit Crohn, laktosa intoleran, dan gangguan usus, bisa menyebabkan gangguan penyerapan makanan. Akibatnya berat badan cenderung sulit bertambah.
(Baca juga: Agar Mudah Langsing, Lakukan Empat Cara Ini untuk Tingkatkan Metabolisme)
Hormon tiroid mengontrol metabolisme kita, karena itu wajar jika terjadi ketidakseimbangan, maka terjadi gangguan pada berat badan. Walau metabolisme yang tinggi berdampak bagus pada berat badan, tapi jika terlalu tinggi akan tidak sehat.
Orang yang tiroidnya terlalu aktif, disebut dengan hipertiroid, akan mengalami penurunan berat badan dan terkadang ada komplikasi lain, seperti detak jantung meningkat, merasa cemas, insomnia, atau tremor.
Kekurangan adrenal, yang disebut juga dengan penyakit Addison, terjadi ketika tubuh tidak cukup memproduksi kortisol. "Dalam kondisi stres tinggi, tubuh akan menghasilkan banyak kortisol. Ini adalah respon normal," kata Srinath.
Orang yang kadar kortisolnya terlalu rendah, tidak dapat mengalami respon stres normal, sehingga mereka akan merasa sakit. Orang yang mengalami penyakit Addison juga menunjukkan gejala berat badan turun drastis, mual, pusing, dan juga lebih gampang infeksi.
Artikel ini sudah pernah tayang di Kompas.com dengan judul Alasan Mengerikan Berat Badan Turun Tanpa Sebab.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR