Ia menambahkan, traveling bagi penyandang disabilitas di India terkadang dihambat dengan sikap masyarakatnya sendiri.
“Masyarakat India kadang terlalu simpatik atau bahkan tidak sensitif sama sekali. Tidak ada yang di tengah-tengah,” kata Arora.
Ia menjelaskan, banyak orang yang menganggap penyandang disabilitas bukan bagian dari masyarakat umum. Mereka dipandang sebagai ‘korban’ yang membutuhkan dukungan.
Arora ingin mengubah itu semua. Ia pun menyesuaikan rencana perjalanannya berdasarkan tipe klien: berkebutuhan khusus, pejalan solo, perjalanan kelompok, bulan madu, wisata kesehatan, dan petualangan.
Keterbatasan fisik bukan halangan
Sejak diluncurkan tahun lalu, Planet Abled telah berhasil menyelenggarakan perjalanan untuk lebih dari 100 penyandang disabilitas. Ada yang mengalami mobilitas parah, memiliki gangguan pendengaran, down syndrome, cerebral palsy dan autisme. Kliennya berusia tujuh hingga 71 tahun.
“Kami ingin menyemangati para penyandang disabilitas untuk berani melakukan perjalanan sebagai cara untuk menambah pengalaman dan teman baru,” kata Arora.
(Baca juga: Dua Penyandang Disabilitas Ini Patahkan Peraturan Baru Pendakian Everest)
Hal paling berkesan bagi Arora adalah ketika ia berhasil mengatur perjalanan bagi para tuna netra yang ingin berpetualang melintasi Sungai Gangga untuk pertama kalinya.
Ada pula penyandang disabilitas asal Brazil yang melancong ke India selama 17 hari dengan kursi rodanya. Ia melakukan perjalanan solo melintasi pegunungan Himalaya di Uttarakhand untuk merayakan ulang tahunnya.
Arora ingin mengubah pandangan masyarakat India terhadap mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Juga menumbuhkan rasa percaya diri para penyandang disabilitas untuk travelling.
Bukan tugas mudah memang. Namun, Arora yakin “perjalanan bukanlah kemewahan, tapi kebutuhan dasar setiap manusia”.
Penulis | : | |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR