Lebih dari 90% penyu hijau yang lahir di Great Barrier Reef berjenis kelamin perempuan akibat kenaikan suhu yang berkaitan dengan perubahan iklim.
Jenis kelamin penyu sangat bergantung dengan suhu di mana ia dierami. Jadi, sarang dengan suhu yang lebih hangat, menghasilkan penyu betina lebih banyak.
Terancam punah
Para ilmuwan dan ahli konservasi memperingatkan, peningkatan suhu global akan menyebabkan penyu menghadapi ‘feminisasi lengkap’ di masa depan. Dan ini membahayakan populasi mereka.
“Tidak adanya pejantan di populasi penyu hijau muda merupakan tanda bahaya,” ujar Dermot O’Gorman, CEO World Wide Fund for Nature (WWF) Australia.
(Baca juga: Dokter Bedah Temukan 915 Koin dalam Perut Seekor Penyu Hijau)
Di beberapa pantai utara dekat Great Barrier Reef, para ilmuwan menemukan fakta bahwa kebanyakan penyu remaja memiliki jenis kelamin betina. Bahkan, di pantai selatan yang lebih dingin, hampir 70% persen populasi penyu muda adalah betina.
Dalam studi yang dipublikasikan pada jurnal Current Biology, dr. Michael Jensen, pemimpin penelitian sekaligus ahli biologi kelautan di National Oceanic and Atmospheric Administration, mengatakan, rasio jenis kelamin penyu selama dua dekade, lebih condong ke populasi betina.
Jika tren ini berlanjut, populasi penyu akan hancur.
Mencari penyebab ‘feminisasi’
Para peneliti menangkap penyu di tempat mereka cari makan untuk mengidentifikasi jenis kelaminnya. Juga menggunakan tes genetik untuk menemukan sarang mereka.
Para peneliti lalu mengombinasikan informasi ini dengan data temperatur untuk mencari penyebab ‘feminisasi’.
Situasi penyu, akhir-akhir ini, memang menjadi sorotan setelah diketahui mereka sering mengonsumsi plastik di lautan.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR