“Masyarakat mengangap bahwa jika mereka punya hajat, sendang juga harus ikut merasakan, karena hajat biasanya adalah acara yang menggembirakan untuk masyarakat, maka leluhur mereka juga harus merasakan kegembiraan,” jelas Aida pada penelitiannya.
Jika penduduk Desa Tetep tidak melaksanakan tradisi ini, mereka tidak akan berani mengadakan acara-acara seperti hajatan pernikahan, syukuran, atau khitanan dan lain-lain.
Hal-Hal yang Harus Disiapkan untuk Tradisi Sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati, dan Ki Gambreng
Sebelum penduduk Desa Tetep merayakan sebuah acara, mereka berbondong-bondong untuk mempersiapkan tradisi Sendang bersama dengan juru kunci sendang dan tuan rumah. Tradisi ini biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum acara dimulai dengan menyiapkan berbagai makanan yang kemudian diberikan kepada juru kunci sendang.
“Makanan ini terdiri dari ingkung ayam, buah nanas,timun, buah pisang raja, ketupat, nasi ketan hitam dan nasi ketan putih, berondong, buah bengkoang, gethok, kacang, bubur jenang roti, tape nasi ketan hitam, tiwul, cenil, mendut, sambel urap, sambel gepeng, cengkaruk, jenang blowokdan sayur limaran,” ujar Aida pada jurnalnya.
Selain makanan atau jajanan, tuan rumah yang mengadakan acara juga harus mempersiapkan beberapa bahan untuk sesajen dan beberapa macam dedaunan seperti daun dadap, awar-awar, alang-alang, 10 janur atau daun pohon kelapa muda, buah kedondong, ketupat, parem, kain jarik, paku, air putih, teh, kopi, rokok, bunga setaman, wangi-wangian, uang receh, kendi, besek atau wadah yang terbuat dari anyaman bambu.
Bahan-bahan itu oleh penduduk Desa Tetep disebut dengan jajanan yang terdiri dari 5 buah tatanan atau sesajen. Untuk tolak bala rumah, masyarakat menggunakan janur yang disilangkan lalu dipasang dengan 10 paku di setiap sisi rumah warga yang memiliki hajat. Kemudian dilanjutkan dengan doa keselamatan dan makan bersama. Setelah itu juru kunci dan penduduk Desa Tetep beriringan menuju ke Sendang Ki Godong mPlati, Nyi Godong mPlati, dan Ki Gambreng untuk melakukan tradisi sendang ini.
Tradisi ini memang diwariskan secara turun menurun dari nenek moyang mereka, sehingga harus diteruskan dan tetap dijaga. Selain itu, tradisi ini memiliki makna sosial dan religius yang berdampak pada banyak orang seperti mempererat tali persaudaraan dalam menjalin kerukunan antarwarga, gotong royong, menghormati para leluhur, dan doa bersama.
Baca Juga: Enting-Enting Gepuk: Camilan Khas Tanda Eksistensi Orang Tionghoa
Penulis | : | Ratu Haiu Dianee |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR