Baca Juga: Selidik Makna Prasasti Plumpungan Berusia Lebih dari Seribu Tahun
Ageng Gumelar Wicaksono, seorang pemerhati cagar budaya dan pembelajar bahasa Jawa kuno secara otodidak, mengatakan kepada National Geographic Indonesia bahwa dia bisa membaca sebagian tulisan dari prasasti tersebut berdasarkan foto temuan prasasti yang dibagikan kepadanya. Sebagian tulisan di prasati tersebut masih jelas terbaca, bahkan dalam foto.
Menurut penjelasan Ageng, ada nama Mpu Sindok yang tertulis di prasasti tersebut. Bahkan menurutnya, tampaknya di prasasti itu tertulis nama lengkap Mpu Sindok, yakni Śrī Mahārāja Rake Hino Mpu Siṇḍok Śrī Īśānawikrama Dharmottuṅgadewa.
Mpu Sindok sendiri adalah raja terakhir dari dinasti Sanjaya yang memerintah Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah di abad ke-10 Masehi. Mpu Sindok diyakini memindahkan pusat kekuasaan kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada tahun 929 Masehi, kemungkinan sebagai akibat dari letusan Gunung Merapi dan/atau invasi dari Sriwijaya.
Selain membaca nama Mpu Sindok, Ageng juga melihat tulisan di salah satu prasasti itu berisi kutukan. Narasi yang tertulis di salah satu sisi prasasti tersebut, menurut Ageng, adalah berikut: Tutuḥ tuṇḍanya blaḥ ka... sbittakan wtaŋnya ranta... wkasakan ḍalmanya ḍuḍu -n paṅan dagiŋnya inum... tĕhĕr pĕpĕjdakan wkasaka... nan tika yan parâ riṅ ala... -nni moŋ patukn iṅ ulā pūla... Ni dewamanyuḥ yan para ri tga... -lappan i glap sampalann iŋ rākṣa... paṅanann iŋ wuil si pamuṅuan [i]ndaḥ ta kita kamuŋ hyaŋ kuśika gargga metrī kuruṣya pātāñjala suwuk lor suwuk kidul kuluan wetā -n buaṅakan riṅ ākāśa salambittakan i hyaŋ kabaiḥ tibâkan ri mahāsamudra klammakan riŋ ḍawu[han] alapan saŋ hyaŋ dalammer dudu- tann i tuwiran saŋhabann i wuhaya ṅkanan matya ikanaŋṅwaŋ anyāya... ...mbur ikêŋ lmaḥ sawa...
Artinya kurang lebih adalah berikut: Potong muncungnya, belah ke[palanya], robek perutnya sisakan jeroannya....makan dagingnya minum (darahnya), lalu lengkapi dengan sisakan..... jika menuju hutan dimakan macan dipatuk ular pūla..... oleh dewamanyuh jika pergi ke tegal (lapangan terbuka) disambar petir dirobèk-robèk olèh raksasa dimakan olèh wuil si pramunguan. indahkan wahai kalian hyang kuśika garga metrī kuruṣya pātāñjala pelindung arah utara, pelindung selatan, barat, timur buang ke angkasa dirobèk olèh hyang semuanya jatuhkan ke mahāsamudra (lautan luas) tenggelamkan di ḍawu[han]/bendungan bawalah sang hyang dalam air tarik (dibawa ikut) olèh tuwiran, dicaplok olèh buaya.....matilah orang tersebut [dengan cara] dianiaya.... mbur tersebut di tanah sawa....
Titi Surti Nastiti, epigraf sekaligus arkeolog Puslit Arkenas, membenarkan bahwa prasasti tersebut berasal dari masa Mpu Sindok beradasarkan tulisan yang terukir di sana. "Saya baca ada angka 85..., dan nama Sindok. Jadi jelas dari masa Sindok," ujarnya saat National Geographic Indonesia menunjukkan foto penemuan prasasti tersebut.
"Mungkin 853 (Saka), tapi harus dapat foto yang jelas baru bisa yakin," tambah Titi.
Titi juga membenarkan bahwa tulisan di salah satu sisi prasasti tersebut berisi kutukan. "Bagian ini (salah satu sisi sampingnya) yang isinya tentang kutukan. Intinya kutukan itu ditujukan kepada orang-orang yang berani merusak prasasti."
Beradaptasi dengan Zaman, Tokoh Pemuda Wewo Sadar Kebutuhan Energi Ramah Lingkungan
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR