Tata letak kisi-kisi kota yang juga disebut centuriation adalah salah satu format yang diadopsi orang-orang Romawi kuno untuk membagi dan mengukur tanah mereka, menurut American Journal of Archaeology. Formasi kisi-kisi, yang kemudian mengatur tanah-tanah Romawi menjadi wilayah kependudukan, hari ini mengatur kota-kota besar dengan jalan-jalan besar dan kecil yang digunakan.
Bangsa Romawi sangat terampil mengubah tanah kosong menjadi kota-kota besar karena banyak kota yang kemudian diperluas dan dibangun kembali di bawah Kekaisaran Romawi. Desain kisi-kisi mungkin tampak sederhana hari ini, tetapi sebelum orang Romawi memproduksi jaringan jalan massal, bangunan dan fitur kota lainnya sering kali hanya mengikuti bentuk dan geologi tanah.
Ide kota besar juga diperkenalkan ke banyak negara oleh orang-orang Romawi. Tata letak jalan yang saling bersilangan menciptakan alun-alun pusat untuk perdagangan, yang disebut insulae. Struktur ini mengilhami perencana kota berikutnya, menurut sebuah artikel yang diterbitkan dalam Journal of Space Syntax.
Baca Juga: Pembagian Kelas di Romawi Kuno dan Upaya Para Budak untuk Naik Kasta
4. Jalan
Lebih dari 9.000 kilometer jalan telah dibangun oleh orang-orang Romawi kuno untuk mengangkut dan memperluas wilayah Kekaisaran Romawi.
5. Beton Tahan Lama
Biasanya dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan, barang-barang buatan manusia terus ditingkatkan dari waktu ke waktu. Namun, beton yang dibuat oleh orang-orang Romawi sebenarnya lebih kuat dari material modern kita, menurut sebuah artikel oleh jurnal Nature.
Sebagai contoh, air asin mengikis beton modern dalam hitungan tahun. Namun tembok laut yang dibangun oleh Romawi 2.000 tahun yang lalu masih tetap utuh. Rincian bagaimana beton Romawi diproduksi hilang dari waktu ke waktu.
Untuk mengungkap rahasia konstruksi Romawi, para ilmuwan di Berkeley Lab di University of California mempelajari komponen mineral dari beton maritim kuno. Mereka menemukan bahwa campuran kapur dan batuan vulkanik digunakan. Campuran ini menciptakan mortar dan tufa vulkanik.
Untuk menambah kekuatan lebih lanjut, mortar ditempatkan di air laut. Molekul air menghidrasi kapur, yang mengalami reaksi kimia dengan abu, sehingga menyatukannya. Ini membentuk kalsium-aluminium-silikat-hidrat yang kuat.
Struktur bangunan Romawi yang tidak berada di bawah air pun terbukti kokoh dan kuat. Misalnya, teknik terampil orang-orang Romawi dalam menggunakan batu vulkanik dan abu untuk membangun Colosseum membuat bangunan ini tetap berdiri kokoh hingga sekarang dan dikagumi banyak orang.
Source | : | Nature,Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR