Amir menjelaskan, letak kesamaan bandhe dan kentongan terletak pada fungsi penyampaian informasi pada masyarakat. Bandhe dipukul terlebih dahulu dan dilanjutkan informasi lisan oleh informan.
"Pukulan bandhe dimaksud untuk memecah perhatian khalayak, agar minat perhatian mereka pindah tertuju ke arah suara Bandhe," ungkapnya.
"Pada saat itu pesan pun disampaikan. Isi amanat beragam: pengumuman, penerangan, wilayah, anjuran, ajakan beramai-ramai, bahkan lakon wayang wong dan ketoprak pun disebarluaskan secara lisan dengan Bandhe."
Instrumen bunyi seperti kentongan dan bandhe menjadi gambaran bagaimana lazimnya keinginan manusia untuk hidup dalam pengungkapan rasa lewat keindahan, simpul Amir. Keberadaannya yang masih lestari pada masyarakat tradisional di Jawa dan Bali, menjadi gambaran komunikasi dengan citra lokal.
Meski penggunaannya semakin terkikis, ia melanjutkan, kentongan dan bandhe menyimpan pengetahuan tentang masa lalu masyarakat Nusantara yang penuh dengan keindahan.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR