Nationalgeographic.co.id—Studi baru yang dipimpin oleh ilmuwan University of California , Los Angeles menunjukan otak orang yang sangat kreatif tampaknya bekerja berbeda dengan orang lain. Pola konektivitas yang unik memungkinkan otak orang yang sangat kreatif mengambil jalan yang jalan yang jarang dilalui untuk mencapai tujuannya.
Rincian penelitian tersebut telah dipublikasikan di Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts belum lama ini. Laporan tersebut dapat diakses secara daring dengan judul "Big-C creativity in artists and scientists is associated with more random global but less random local fMRI functional connectivity".
"Hasil kami menunjukkan bahwa orang yang sangat kreatif memiliki konektivitas otak yang unik yang cenderung tetap berada di luar jalur," kata Ariana Anderson, profesor dan ahli statistik di Semel Institute for Neuroscience and Human Behavior di University of California dalam rilis media.
Anderson mengatakan, otak orang non-kreatif, cenderung mengikuti rute yang sama di seluruh otak. Hal itu berbeda dengan otak orang-orang yang sangat kreatif, konektivitas otaknya membuat jalan mereka sendiri.
Meskipun konsep kreativitas telah dipelajari selama beberapa dekade, sedikit yang diketahui tentang dasar biologis tentang bagaimana otak orang kreatif bekerja. Dan bahkan lebih sedikit yang dipahami tentang mekanisme otak orang-orang yang sangat kreatif, kata penulis senior Robert Bilder, direktur Pusat Biologi Kreativitas Tennenbaum di Semel Institute.
Studi yang dirancang secara unik ini melibatkan orang-orang yang sangat kreatif yang mewakili dua domain kreativitas yang berbeda, yaitu seni visual dan sains. Para ilmuwan juga menggunakan kelompok pembanding yang cocok dengan IQ untuk mengidentifikasi penanda kreativitas, bukan hanya kecerdasan. Para peneliti menganalisis bagaimana koneksi dibuat antara wilayah otak secara global dan lokal.
Seniman dan ilmuwan visual yang sangat kreatif, disebut tipe kreatif "Big C" secara sukarela menjalani pencitraan otak MRI fungsional. Pencitraan tersebut memberikan pandangan kepada para peneliti di bidang psikiatri, ilmu perilaku, dan psikologi tentang bagaimana wilayah otak terhubung dan berinteraksi saat dipanggil untuk menguji pemikiran kreatif.
"Kreativitas yang luar biasa dikaitkan dengan konektivitas yang lebih acak pada skala global, sebuah pola yang kurang 'efisien' tetapi akan tampak membantu dalam menghubungkan simpul otak yang jauh satu sama lain," kata Bilder.
Pola di lebih banyak wilayah otak lokal bervariasi, jelasnya, tergantung pada apakah orang melakukan tugas. Menariknya, kreativitas Big C memiliki pemrosesan lokal yang lebih efisien saat istirahat, tetapi konektivitas lokal kurang efisien saat melakukan tugas yang menuntut 'berpikir di luar kebiasaan'.
Jika dianalogikan menggunakan peta rute penerbangan untuk perbandingan, para peneliti mengatakan aktivitas otak kreatif Big C mirip dengan melewatkan penerbangan ke hub penghubung untuk sampai ke kota kecil.
Baca Juga: Ada Banyak Saluran Kecil di Antara Kepala dari Tengkorak ke Otak
Baca Juga: Jatuh Cinta Ibarat Candu dan Otak Kita Merekamnya Saat Hubungan Kandas
Baca Juga: Teka-teki dalam Otak Kita, Mengapa Banyak yang Kita Ingat dan Lupakan?
"Dalam hal konektivitas otak, sementara semua orang terjebak dalam transit tiga jam di bandara utama, orang-orang yang sangat kreatif membawa pesawat pribadi langsung ke tujuan yang jauh," kata Anderson.
"Konektivitas yang lebih acak ini mungkin sering kali kurang efisien, tetapi arsitekturnya (otak orang kreatif) memungkinkan aktivitas otaknya untuk 'mengambil jalan yang jarang dilalui' dan membuat koneksi baru," jelasnya.
Bilder, yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun meneliti hubungan otak-perilaku, mengatakan, "Fakta bahwa orang-orang Big C memiliki konektivitas otak lokal yang lebih efisien, tetapi hanya dalam kondisi tertentu, mungkin berhubungan dengan keahlian mereka. Konsisten dengan beberapa penelitian kami sebelumnya, mereka mungkin tidak perlu bekerja sekeras orang pintar lainnya untuk melakukan tugas-tugas kreatif tertentu."
Para seniman dan ilmuwan dalam penelitian ini dinominasikan oleh panel ahli sebelum divalidasi sebagai objek luar biasa berdasarkan metrik objektif. Kelompok pembanding "cerdas" direkrut dari peserta dalam studi University of California sebelumnya yang telah setuju untuk dihubungi untuk kemungkinan partisipasi dalam studi masa depan.
Kemudian dari kreativitas di komunitas untuk individu dengan gelar sarjana. Para peneliti melakukan upaya untuk memastikan bahwa usia, jenis kelamin, ras dan etnis sebanding dengan peserta dalam kelompok Big C.
Source | : | University of California News,Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR