Nationalgeographic.co.id—Peradaban Maya kuno di Amerika Tengah beralih dari masa keemasan menuju keruntuhan dalam waktu yang singkat. Populasi menyusut cepat, dan pembangunan struktur batu nan monumental khas suku Maya, seperti yang ada di Yukatan, terhenti.
Penyebab kehancuran peradaban Maya masih menjadi topik perdebatan di kalangan para ilmuwan. Penelitian terbaru menggunakan model komputer yang dilakukan oleh ilmuwan dari Vienna University of Technology (TU Wien), mengungkapkan bahwa penyebabnya bisa jadi adalah sistem irigasi yang dibangun oleh bangsa Maya, tidak siap untuk menghadapi kemarau yang berkepanjangan.
Bangsa Maya membangun waduk air sebagai persiapan untuk menghadapi musim kemarau. Dengan model komputer, tim ilmuwan TU Wien menganalisis efek teknik pengelolaan air bangsa Maya terhadap masyarakatnya saat itu.
Air dan masyarakat saling mempengaruhi satu sama lain. Itulah sebabnya, para peneliti mengeksplorasi interaksi antara sosiologi dan hidrologi, kemudian menerapkannya dalam berbagai model matematika.
“Model ini juga memungkinkan untuk membuat skenario kehidupan bangsa Maya dengan atau tanpa waduk air dan membandingkan konsekuensi dari masing-masing keputusan,” kata salah satu anggota tim, Linda Kuil.
Dalam model simulasi, waduk dapat menyediakan kebutuhan air bagi masyarakat Maya dan meningkatkan populasi selama musim kemarau pendek.
Meski demikian, keberadaan waduk ternyata justru membuat populasi Maya lebih terancam ketika kemarau panjang melanda. Sebab pengelolaan air dan kebutuhan air masing-masing individu tetap sama, sementara populasi terus tumbuh. Persediaan air di waduk menyusut cepat akibat jumlah populasi yang meningkat.
Baca Juga: Menyingkap Fakta Unik di Balik Peradaban Suku Maya di Meksiko
Baca Juga: Melihat Kota Kuno Peninggalan Suku Maya di Dasar Danau Atitlan
Baca Juga: Ganggang Beracun yang Menciptakan Ketidakstabilan Peradaban Maya
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR