Baca Juga: Catatan Kelam Batavia, Sepuluh Ribu Orang Tionghoa Dibantai Kompeni
Baca Juga: Ketika Orang-Orang Belanda Minum Air Bekas Mandi Warga Batavia
Baca Juga: Abdullah Suriosubroto, Pelopor Lukisan Mooi Indie di Hindia Belanda
Baca Juga: Stasiun Ambarawa: Riwayatnya Bersama Kota Militer Hindia Belanda
Di Batavia, meriam ini jadi alat perang andalan pasukan artileri Belanda dalam waktu yang cukup lama. Belanda menempatkan Si Jagur di salah satu benteng Batavia guna menjaga kota serta pelabuhan dari serangan musuh.
Karena bobotnya yang teramat berat, meriam ini ditinggalkan begitu saja ketika Gubernur Jenderal Deandels menghancurkan kastil Batavia, dan orang-orang Belanda ramai-ramai hijrah ke Weltevreden (kawasan Gambir dan Senen) serta Meester Cornelis (Jatinegara). Untuk sementara waktu yang cukup lama Si Jagur tergeletak sendirian di dekat Jembatan Intan, dekat Hotel Batavia, Jalan Kali Besar Barat, Jakarta Barat.
Setelah lama di sana, Si Jagur lalu dipindahkan ke Museum Nasional di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Kemudian pada tahun 1968, meriam ini dipindahkan lagi ke Museum Wayang yang dulu bernama Museum Djakarta Lama. Pada tahun 1974, meriam ini dipindahkan lagi ke Taman Fatahillah di depan Museum Sejarah Jakarta. Di kawasan Kota Tua itulah meriam ini masih berdiri gagah dengan bentuk tangan "mesum" khasnya.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR