"Makanan itu seperti bakmi, sup, bestik, frikadel (bergedel), sausage (sosis), dan lain sebagainya. Masakan-masakan tersebut biasanya disajikan dalam jamuan rijsttafel," terusnya.
Jajanan pasar khas Jawa juga melai tersaingi. Hadirnya berbagai macam jenis roti dari Barat, seperti roti kismis, bolu, biskuit, tart, dan lain sebagainya, mulai menghiasi meja makan para priyayi dan bangsawan.
Sartono Kartodirdjo dalam bukunya Perkembangan Peradaban Priyayi (1987), menyebut bahwa minuman-minuman tradisional seperti dawet, gempol, cao dan lainnya juga turut tergusur.
"Minuman tradisional Jawa tergusur dengan adanya minuman Barat seperti lemonade (limun), setrup, air Belanda, bir, cola, dan lainnya," imbuh Sartono.
"Makanan dan minuman dalam rijsttafel itu disajikan tidak hanya pada jamuan makan biasa, tetapi juga ketika tamu dari Eropa yang berkunjung ke keraton," sambung Widyastika dan Heri.
Rijsttafel dianggap sebagai menu jamuan bagi para elite Jawa. Sebaliknya, saat para elite keraton makan biasa, mereka masih menyantap makanan tradisional khas Jawa. Meskipun, lama-kelamaan makanan Eropa mulai jadi santapan umum di dalam keraton kemudian hari.
Source | : | Bandar Maulana: Jurnal Sejarah dan Budaya |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR