"Masalah lain dengan kepemilikan dalam hal penemuan AI, adalah bahkan jika Anda dapat mentransfer kepemilikan dari penemu AI ke seseorang: apakah itu penulis perangkat lunak asli AI? Apakah orang yang telah membeli AI dan melatihnya? itu untuk tujuan mereka sendiri? Atau apakah orang-orang yang materi berhak ciptanya telah dimasukkan ke AI untuk memberikan semua informasi itu?" tanya Prof. George.
Sementara itu, Prof Walsh mengatakan apa yang membuat sistem AI sangat berbeda dengan manusia adalah kapasitas mereka untuk belajar dan menyimpan lebih banyak informasi daripada yang bisa dilakukan oleh seorang ahli. Salah satu syarat invensi dan paten adalah produk atau ide tersebut baru, tidak jelas dan bermanfaat.
"Ada asumsi tertentu yang dibangun dalam undang-undang bahwa sebuah penemuan tidak boleh jelas bagi orang yang berpengetahuan luas di bidangnya," kata Prof. Walsh.
"Yah, apa yang mungkin jelas bagi AI tidak akan jelas bagi manusia karena AI mungkin telah menyerap semua pengetahuan manusia tentang topik ini, jauh lebih banyak daripada yang bisa dilakukan manusia, jadi sifat dari apa yang jelas berubah."
Baca Juga: Ada Situs AI Bisa Bikin Foto Telanjang Palsu, Bagaimana Etikanya?
Baca Juga: Pencegahan Kepunahan Massal di Lautan Dengan AI, Robot, dan Printer 3D
Baca Juga: Potret Tokoh Sejarah Oleh Seniman Dengan Artificial Intelligence
Baca Juga: Eva, Robot Kecerdasan Buatan yang Dapat Meniru Ekspresi Wajah Manusia
Prof. Walsh mengatakan ini bukan pertama kalinya AI berperan penting dalam menghasilkan penemuan baru. Di bidang pengembangan obat. Antibiotik baru diciptakan pada tahun 2019 -Halicin- yang menggunakan pembelajaran mendalam untuk menemukan senyawa kimia yang efektif melawan jenis bakteri yang resistan terhadap obat.
"Halicin pada awalnya dimaksudkan untuk mengobati diabetes, tetapi efektivitasnya sebagai antibiotik hanya ditemukan oleh AI yang diarahkan untuk memeriksa katalog besar obat-obatan yang dapat digunakan kembali sebagai antibiotik. Jadi ada campuran manusia dan mesin yang masuk ke dalam penemuan ini."
Prof Walsh mengatakan dalam kasus DABUS, tidak sepenuhnya jelas apakah sistem benar-benar bertanggung jawab atas penemuan.
"Ada banyak keterlibatan Dr Thaler dalam penemuan ini, pertama dalam menyiapkan masalah, kemudian memandu pencarian solusi untuk masalah, dan kemudian menafsirkan hasilnya," kata Prof. Walsh.
"Tapi tentu saja tanpa sistem, Anda tidak akan menemukan penemuan."
Source | : | Nature,University of New South Wales |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR