Nationalgeographic.co.id—Hampir semua orang pasti setuju bahwa orgasme adalah puncak kesenangan dari aktivitas seksual. Tapi definisi itu ternyata tidak cocok dengan Anaya Carlis, perempuan berumur 30 tahun dari Arizona, Amerika Serikat yang didiagnosa mengalami orgasm disorder atau kelainan orgasme.
Bagi Anaya, orgasme justru dapat menjadi pengalaman tidak menyenangkan dan bahkan menyiksa baginya. Karena kelainan itu, Anaya bisa mengalami orgasme yang tak terkendali.
Pada usia 27 tahun, Anaya didiagnosa mengidap orgasm disorder yang dalam istilah medis disebut 'persistent genital arousal disorder', kelainan tersebut menyebabkan orgasmenya tak dapat dikendalikan. Anaya bahkan dapat mengalami orgasme lebih dari 180 kali hanya dalam 2 jam, bisa terus bertahan hingga 6 jam.
Tidak hanya itu, Anaya yang sudah memiliki putra berusia 13 tahun itu bahkan bisa mengalami orgasme spontan di manapun. Anaya bisa mengalami orgasme berulang saat berada di supermarket, di sekolah, di taman bermain dan bahkan saat sedang berlari.
Tidak seperti kebanyakan orang yang menganggap orgasme adalah puncak kesenangan sesksual, bagi Anaya orgasme bahkan telah menghancurkan hidupnya. Karena kelainan ini, ia 'terikat' di rumah dan sulit untuk bekerja.
Anaya juga bahkan merasa sangat tertekan dan malu dengan kondisinya tersebut, ia tidak bisa menceritakannya dengan orang lain tentang kondisinya tersebut. Kelainannya itu juga bahkan membuatnya bergairah saat berada di tengah anak-anak sekalipun.
Ia merasa seperti seperti seorang perempuan cabul yang bisa bergairah kapanpun dan dimanapun, serta dapat memicu orgasmenya. "Itu sungguh memalukan, membingungkan serta mempermalukan saya," kata Anaya kepada Daily Mail.
Menurutnya, kelainannya tersebut juga menghancurkan hidup anaknya. Anaknya tidak dapat memiliki teman karena kondisi ibunya yang seperti itu.
Ia mengatakan, bersama dengan suaminya Tony, ia telah berupaya untuk menyembuhkan kondisi tersebut, termasuk mandi air dingin, mengubah diet hingga berolahraga rutin. Akan tetapi, tidak ada yang berhasil.
Ibu satu anak ini telah belajar untuk mengontrol gairahnya, tetapi mengatakan itu benar-benar dapat mempengaruhi kesehatan mentalnya. "Itu membuat saya terkekeh karena 'tinggi' sesaat dan secara lahiriah saya terlihat baik-baik saja tetapi di dalam itu adalah siksaan," kata Anaya.
"Itu menghancurkan hidupku, karena mengacaukan kepalamu. Tubuh Anda berjalan dengan 'tinggi' naik turun, sehingga sangat mempengaruhi suasana hati Anda".
Source | : | Daily Mail |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR