Nationalgeographic.co.id—Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Institut Ilmu dan Teknologi Lingkungan Universitat Autònoma of Barcelona (ICTA-UAB) menemukan bahwa dampak covid-19 membentuk persepsi negatif opini publik terhadap aksi iklim. Penelitian tersebut berusaha untuk mengetahui bagaimana krisis covid-19 telah mempengaruhi sikap masyarakat terhadap perubahan iklim.
Studi tersebut telah diterbitkan dalam 2 laporan ilmiah, yaitu di PLoS ONE dengan judul "Public expectations about the impact of covid-19 on climate action by citizens and government" dan di Ecological Economics dengan judul "Climate concern and policy acceptance before and after covid-19" yang merupakan jurnal akses terbuka.
Seperti diketahui, selama dua tahun terakhir, spekulasi tentang bagaimana covid-19 akan memengaruhi aksi iklim telah banyak bermunculan. Sementara suara yang paling optimis menunjukkan perubahan yang menguntungkan dalam perilaku individu terhadap lingkungan.
Sedangkan, suara yang lebih kritis menunjukkan bahwa masalah lingkungan telah telah menjadi prioritas terakhir untuk program pemulihan ekonomi. Masyarakat lebih mendukung aksi iklim setelah covid-19, tetapi ekspektasi mereka lebih pesimis, menurut penelitian ini.
Tim peneliti ICTA-UAB yang dipimpin oleh ekonom Jeroen van den Bergh telah menganalisis ekspektasi publik tentang aksi iklim di masa depan. Mereka menggunakan tanggapan tekstual yang diperoleh dari survei daring dan menganalisisnya dengan metode dari linguistik komputasional.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang memiliki lebih banyak harapan negatif daripada positif tentang bagaimana pandemi akan memengaruhi kebijakan pemerintah dan tindakan warga terhadap perubahan iklim dan lingkungan.Mayoritas opini publik yang teridentifikasi mengenai tindakan pemerintah mencerminkan persepsi negatif.
Secara umum, hal tersebut berkaitan dengan berkurangnya perhatian yang diberikan pada perubahan iklim, keterbatasan anggaran akibat covid-19 dan krisis ekonomi dan kesehatan terkait. Kemudian peningkatan limbah karena penggunaan tindakan perlindungan sekali pakai seperti masker dan sarung tangan.
Sejumlah kecil orang, sekitar 8,2 persen melihat sedikit atau tidak ada hubungan antara covid-19 dan aksi iklim. Hanya dua topik yang mencakup sekitar 15 persentanggapan yang bersifat lebih positif. Mereka menganggap covid-19 sebagai panggilan untuk membangunkan lingkungan atau menunjukkan perubahan positif dalam kebiasaan konsumsi dan kerja jarak jauh.
Mengenai ekspektasi masyarakat terhadap tindakan sesama warga, sekitar 31 persen responden memiliki opini positif tentang situasi tersebut. Mereka percaya bahwa covid-19 telah menyebabkan kesadaran lingkungan yang lebih tinggi dan konsumsi yang lebih bertanggung jawab.
Namun demikian, sebagian besar responden masih mengungkapkan pandangan negatif, menyarankan misalnya bahwa orang sudah memiliki terlalu banyak masalah lain untuk dikhawatirkan tentang tindakan iklim atau akan segera beralih kembali ke rutinitas lama setelah pandemi berakhir.
Menurut peneliti, temuan tambahan muncul melalui pengukuran ekspektasi positif dan negatif. "Kami menemukan bahwa ekspektasi tindakan iklim di masa depan oleh pemerintah dan masyarakat cenderung berkorelasi kuat," kata Ivan Savin, peneliti ICTA-UAB dan penulis utama studi tersebut dalam rilis media.
"Juga, mereka yang paling optimistis tentang tindakan iklim di masa depan cenderung lebih muda, laki-laki, lebih berpendidikan, dengan persepsi yang lebih kuat tentang perubahan iklim sebagai ancaman serius. dan pengalaman yang lebih positif dengan masalah covid-19."
Harapan yang umumnya pesimistis ini kontras dengan temuan studi pelengkap, yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Ecological Economics, oleh kelompok peneliti yang sama. Studi kedua ini, dipimpin oleh peneliti ICTA-UAB Stefan Drews, menganalisis bagaimana keterlibatan warga dengan perubahan iklim telah berubah dari waktu ke waktu.
Baca Juga: Kabar Paus Bungkuk: Risiko Laut Menghangat Akibat Perubahan Iklim
Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Penurunan Keanekaragaman Hayati Mikroba Tanah
Baca Juga: Kekerasan terhadap Perempuan Diperkirakan Naik seiring Cuaca Ekstrem
Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Spesies Serangga Pencinta Panas Kian Meningkat
Untuk ini, mereka membandingkan data survei dari kelompok responden yang sama dari bulan sebelum dan sesudah covid-19. Mereka menemukan bahwa dukungan publik untuk kebijakan iklim cenderung sedikit lebih tinggi setelah covid-19.
Bahkan responden yang memiliki pengalaman kesehatan atau ekonomi negatif akibat covid-19 pun tak kalah mendukung kebijakan iklim. "Ini menunjukkan bahwa ekspektasi publik tentang warga negara lain mungkin lebih negatif daripada kenyataan saat ini karena perubahan positif dalam opini publik telah terjadi," kata Stefan Drews.
Para ilmuwan menyarankan bahwa pembuat kebijakan dapat memanfaatkan hubungan yang dirasakan antara COVID-19 dan krisis lingkungan ini untuk memperkenalkan langkah-langkah kebijakan iklim yang lebih ambisius.
"Oleh karena itu, memahami harapan masyarakat penting bagi pembuat kebijakan untuk mengusulkan instrumen kebijakan yang tidak hanya efektif tetapi juga didukung oleh mayoritas penduduk," menurut para peneliti.
Source | : | PLOS ONE,Ecological Economics,Universitat Autònoma of Barcelona |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR