Nationalgeographic.co.id—Massa es terbesar di bumi mengandung begitu banyak air. Ini akan meningkatkan permukaan laut di seluruh dunia saat suhu naik.
Greenland adalah rumah bagi lapisan es terbesar kedua di bumi, menyumbang 8 persen dari es dunia. Beberapa tahun belakangan, lapisan es di Greenland mencair lebih cepat. Selain peningkatan permukaan laut, mencairnya es juga mengancam kelangsungan hidup beruang kutub.
Beruang kutub di Lingkaran Arktik mengandalkan es laut ketika berburu anjing laut, sumber makanan utama mereka. Perubahan iklim menyebabkan meningkatnya suhu di berbagai belahan dunia, termasuk Greenland. Es laut mencair lebih cepat di musim semi dan lebih lambat membeku di musim gugur. “Akibatnya, beruang kelaparan untuk jangka waktu yang lebih lama daripada biasanya,” tulis Sarah Kuta di laman Smithsonian Magazine.
Namun ada berita baik di balik masalah ini. Peneliti menemukan sekelompok beruang kutub unik yang menemukan cara inovatif untuk bertahan hidup tanpa adanya es laut. "Dengan berburu dari es yang memecah gletser," ungkap Kuta.
Beruang tersebut tinggal di Greenland tenggara dan merupakan subpopulasi yang berbeda secara genetic. Kondis ini menunjukkan bahwa mereka diisolasi dari beruang kutub lain selama sekitar 200 tahun.
Temuan ini memberikan secercah harapan bagi beruang kutub. Tanpa intervensi untuk menghentikan perubahan iklim, hewan ini bergerak menuju kepunahan pada akhir dekade. Namun para peneliti mendesak agar tidak mengekstrapolasi temuan mereka ke populasi beruang kutub lainnya. Populasi lain tinggal di daerah tanpa es glasial dan masih terancam dengan pemanasan global.
Samudra Arktik, menurut penelitian, memanas empat kali lebih cepat daripada bagian dunia lainnya.
“Temuan menunjukkan bagaimana beberapa beruang kutub dapat bertahan di bawah perubahan iklim. Tetapi menurut saya, habitat gletser tidak akan mendukung sejumlah besar beruang kutub,” Kristin Laidre, seorang ilmuwan peneliti kutub di University of Washington.
Menurut Laide, temuan ini saja tidak cukup. Penurunan besar beruang kutub masih akan terus terjadi akibat perubahan iklim.
Ketika lapisan es sementara terbentuk di lautan selama pembekuan di musim gugur, beruang melintasinya untuk mencari makanan. Mereka juga duduk di sebelah celah di es dan menunggu anjing laut muncul untuk mencari udara. Ketika es mencair pada musim semi, beruang kutub biasanya bertahan tanpa makanan. Biasanya, selama 100-180 hari hingga es mulai terbentuk lagi, tulis Harry Baker di Live Science. Namun, ketika suhu naik, periode puasa menjadi lebih lama. Tentunya ini membuat beruang kelaparan dan bukan tidak mungkin akhirnya mereka mati.
Beruang yang hidup di Greenland tenggara bahkan bertahan lebih lama tanpa es laut—sekitar 250 hari. Tapi mereka bisa terus berburu selama periode itu dengan menggunakan melange glasial. Ini adalah bongkahan es yang terlepas dari gletser ke dalam air.
Baca Juga: Mengungkap Misteri Genom Beruang Kutub Berusia 100.000 Tahun
Baca Juga: Evolusi Beruang Kutub Membantu Melacak Perubahan Iklim Masa Lalu
Baca Juga: Akibat Perubahan Iklim, Beruang Kutub Diprediksi Punah Akhir Abad Ini
Baca Juga: Beruang Kutub Diketahui Gemar Menyimpan Hasil Buruannya di Dalam Salju
Para peneliti mengetahui tentang beruang Greenland tenggara lewat pengetahuan adat dan catatan sejarah. Namun hingga kini, genetika dan perilaku beruang ini belum pernah dipelajari. Ilmuwan kemudian mempelajari 36 tahun data pelacakan kerah GPS, sampel jaringan, pengamatan helikopter, dan data lainnya. Ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang beruang kutub. Meskipun jumlah pastinya sulit diperkirakan, mereka menduga ada sekitar 300 ekor beruang dalam kelompok ini.
Ada sekitar 26.000 beruang kutub yang tersisa di seluruh dunia dan status mereka berkisar dari ‘rentan’ hingga ‘terancam’.
Meski beruang Greenland tenggara beradaptasi untuk bertahan hidup di lingkungannya, kenaikan suhu pada akhirnya dapat menyebabkan es glasial menyusut. Jika tidak ada tindakan, ini hanya tinggal menunggu waktu.
Steve Armstrup dari Polar Bears International mengungkapkan, “Penelitian tersebut bukanlah semacam penyelamatan bagi beruang kutub.”
Beruang Greenland tenggara dapat berburu melalui es glasial saat ini, tambah Armstrip, namun di masa depan itu dapat berubah. Kecuali kita menghentikan kenaikan gas rumah kaca global.
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR