"Kami berada dalam perlombaan dengan prediktabilitas dalam hal aliran arus karena kami mencoba meningkatkan prakiraan kami melalui data, model, dan pemahaman fisik yang lebih baik. Tetapi upaya ini dibatalkan oleh hilangnya prediktor terbaik kami dengan cepat yaitu salju," kata Flavio Lehner, seorang profesor ilmu bumi dan atmosfer di Cornell University dan rekan penulis. "Ini mungkin balapan yang akan membuat kami kalah, tetapi kami mencoba untuk memenangkannya, dan itulah mengapa kami perlu mempelajari topik ini."
Meskipun limpasan berkurang akan menghasilkan kondisi tanah musim panas yang lebih kering di sebagian besar Belahan Bumi Utara. Namun, simulasi menunjukkan bahwa daerah tertentu - termasuk Asia Timur, Himalaya, dan Amerika Utara Barat Laut - akan mempertahankan kelembaban tanah karena peningkatan curah hujan.
"Metrik terkait salju sangat penting untuk menginformasikan pengelolaan sumber daya air yang berharga kepada masyarakat," kata Keith Musselman, ahli hidrologi di University of Colorado Boulder dan rekan penulis. "Ketika badan-badan utilitas dan pekerjaan sipil merencanakan waduk baru dan infrastruktur lain untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, kita harus menjawab pertanyaan penelitian dasar tentang perubahan karakteristik paket salju musim dingin dan aliran sungai yang dihasilkan yang telah lama kita andalkan," pungkasnya.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR