Cryptogyps lacertosus kini telah diberi genus baru untuk spesies yang luar biasa, kata penulis senior Profesor Trevor Worthy dari Flinders University.
"Penemuan ini memecahkan misteri apa yang terjadi pada begitu banyak bangkai megafaunal ketika benua itu tidak memiliki burung bangkai. Sekarang kita tahu mereka ada di sini. Mereka tersembunyi di depan mata," katanya.
Terutama penting untuk penemuan ini adalah tulang kaki bagian bawah, atau tarsus, yang mengungkapkan burung ini adalah pemakan bangkai, bukan elang biasa.
Baca Juga: Mengapa Burung Bangkai Tidak Sakit Perut Setelah Makan Bangkai
Baca Juga: Pemakaman Langit: Jenazah Diumpankan ke Burung agar Ramah Lingkungan
Baca Juga: Dunia Hewan: Bangau Raksasa Terbang di Pulau Manusia Hobbit Indonesia
"Penemuan ini juga mengungkapkan bahwa keragaman burung pemangsa kita jauh lebih besar di masa lalu. Lebih penting lagi, kepunahan burung bangkai di Australia memiliki implikasi ekologis yang besar," tambah Mather.
"Burung pemakan bangkai memainkan peran yang sangat penting dalam ekosistem dengan mempercepat konsumsi bangkai dan mengurangi penyebaran penyakit."
Menurutnya, hilangnya Cryptogyps bisa menyebabkan pergolakan drastis dalam fungsi ekosistem untuk waktu yang sangat lama. Karena spesies lain berebut untuk mengisi ceruknya.
Tulang pertama Cryptogyps lacertosus, sebuah fragmen tulang sayap, ditemukan di dekat Kalamurina Homestead di Sungai Warburton di Australia Selatan pada tahun 1901.
De Vis percaya itu adalah kerabat elang ekor baji yang telah punah. Baru pada akhir abad ke-20 para ahli paleontologi Australia mulai curiga bahwa bahan fosil ini mungkin milik burung pemakan bangkai, bukan elang.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Zootaxa,Flinders University News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR