Nationalgeographic.co.id—Sebuah fakta mencengangkan terjadi di zaman Meksiko Kuno. Ketika seseorang meninggal, ritual kematian 40 hari dimulai dengan pengorbanan seekor anjing xoloitzcuintli.
Mayat di Meksiko pra-Hispanik—sebelum datangnya bangsa Spanyol—mengenakan pakaian bagus, jika keluarga mereka mampu membelinya. Jika miskin, tikar sederhana yang mereka kenakan.
Dalam kepercayaan masyarakat Meksiko Kuno, jiwa orang yang telah wafat akan memulai perjalanannya melalui kegelapan di dasar bumi.
"Saat roh tersebut melintasi lanskap yang menyeramkan ini, anggota keluarga akan membantu mereka dalam perjalanan dengan tidak melakukan hubungan seks dan makanan tertentu," tulis Valadez Azúa Raúl dan Blanco Padilla Alicia.
Mereka menulis dalam World Small Animal Veterinary Association World Congress Proceedings berjudul The Dog's World inside the Pre-Columbian Mexico yang terbit di tahun 2005.
Akhirnya, sang arwah mencapai Chignahuapan, sebuah sungai di perbatasan alam kesembilan—yang dipercaya dalam kepercayaan masyarakat Meksiko pra-Hispanik.
Di sana, diyakini seekor anjing kecil telah menunggu ruh itu dengan sabar, sesekali mengibaskan ekornya. Anjing kecil itulah yang akan memimpin jalan melintasi air, ke Mictlan, tempat gelap dan dingin menuju ketenangan.
Bukti arkeologis tentang pengorbanan anjing masih bisa ditemui sampai hari ini. Sisa-sisa tulang telah membuat kita mengenali sampai tahun 2004 keberadaan banyak jenis anjing zaman pra-Hispanik, yang diidentifikasi melalui gigi hingga bentuk tengkoraknya.
Varietas yang dikenal adalah anjing Mesoamerika umum, anjing tidak berbulu atau xoloitzcuintli, tlalchichi atau anjing berkaki pendek. Dikenal juga sebagai anjing dari peradaban Maya.
"Dalam kalender Aztec (abad ke-14 hingga ke-16 M) anjing selalu muncul sebagai tanda hari ke-10, dan dewa penguasanya adalah Mictlantecutli, Dewa Kematian," imbuhnya.
Baca Juga: Dunia Hewan: Apakah Aman Kucing dan Anjing Diberi Makan Sayuran?
Baca Juga: Anjing Perang: Sebuah Fakta Sejarah Perang yang Telah Dihapuskan
Baca Juga: Melacak Nenek Moyang Anjing dalam Dua Populasi Serigala Purba
Buku-buku yang ditulis pada abad ke-16, di awal masa Koloni, menempatkan anjing sebagai hewan yang sangat terkait dengan aktivitas manusia.
Mereka diceritakan sebagai sumber daging terutama untuk pengorbanan sebagai sajian Pesta para dewa: anjing digunakan sebagai hewan kurban di pesta-pesta awal tahun.
Selain itu, anjing juga dikorbankan dalam ritus meminta hujan kepada para dewa, serta dalam beberapa praktik pemakaman di mana anjing-anjing ini disertakan dengan almarhum sehingga dapat menemaninya dalam perjalanan ke dunia lain.
Segala kegunaan inilah yang mengawali adanya pasar baru bagi anjing, di mana mereka dijual tergantung di pasar bagi kebutuhan masyarakat kuno Meksiko pra-Hispanik.
Source | : | WSAVA World Congress Proceedings |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR