Tieng Shin disebut mendiami wilayah tersebut sejak tahun 1890. Ia juga memiliki rumah yang dibongkar dan kini menjadi Menara Batavia. Perkebunan karet milik Tieng Shin akhirnya juga tergusur setelah dibangunnya Stadion Gelora Bung Karno hingga Jalan KH Mas Mansyur di Karet Tengsin.
Jika nama Karet Tengsin tidak terkait dengan rasa malu, apakah nama Pesing terkait dengan bau? Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pesing memiliki arti bau air kencing. Kata ini bisa dipakai, misalnya, untuk kalimat: Ia merasa malu karena celananya basa berbau pesing.
Baca Juga: Menguak Toponimi Cirebon dari Catatan Tome Pires sampai Walisongo
Baca Juga: Sisik Melik Makna di Balik Toponimi 'Jalan Malioboro' di Yogyakarta
Baca Juga: Catatan Kelam Batavia, Sepuluh Ribu Orang Tionghoa Dibantai Kompeni
Sebelum bahas asal-usul penamaannya apakah Anda tahu lokasi daerah Pesing itu di mana? Pesing adalah sebuah pasar tradisional yang terletak di Kedoya Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Di sekitar pasar ini terdapat rumah-rumah penduduk yang umumnya dihuni oleh orang-orang Betawi.
Menurut cerita para sesepuh daerah tersebut, yang dikutip oleh buku 212 Asal-usul Djakarta Tempo Doeloe karya Zaenuddin HM, kawasan Pesing dahulunya adalah tempat berkumpul para pedagang yang datang dari berbagai pelosok Batavia. Untuk membawa barang dagangan seperti sayuran, buah-buahan, rempah-rempah dan bumbu dapur, mereka menggunakan pedati atau gerobak yang ditarik kuda.
Saat itu, kuda-kuda pengangkut sayuran sering kencing di jalanan sehingga menimblkan bau pesing yang sangat menyengat. Siapa pun yang melewati kawasan itu secara sepontan akan menutup hidung. Dan bermula dari situlah orang-orang menyebut tempat itu sebagai Pasar Pesing atau Pesing saja.
Sampai sekarang kawasan Pesing masih ada, Letaknya cukup strategis karena dekat Jl Raya Daan Mogot yang menuju Kalideres atau Kota Tangerang.
Ada pula yang menyebut tempat ini sebagai Pasar Pesing Koneng. Munculnya nama Koneng karena di pasar itu dahulunya terdapat pintu perlintasan kereta api. Saat ada kereta api yang melintas, penjaga pintu perlintasan selalu membunyikan lonceng yang bunyinya kloneng, kloneng, kloneng. Kata kloneng itu disingkat warga menjadi koneng dan akhirnya menjadi sebutan Pasar Pesing Koneng.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Lexicografi Sejarah dan Manusia Betawi IV,Tenabang Tempo Doeloe,212 Asal-usul Djakarta Tempo Doeloe |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR