Sebagian besar permukiman Maya sangat jauh dari sumber merkuri yang diketahui terletak di Meksiko, Honduras, Guatemala dan Belize. Ini berarti produksi, perdagangan, dan penggunaan merkuri akan sangat berharga dan menantang secara logisti. Terutama untuk mengelola merkuri cair beracun.
Selama dua dekade terakhir, para ilmuwan yang bekerja pada proyek arkeologi Maya menguji artefak, tanah, dan sedimen untuk sifat kimianya, termasuk merkuri. Penelitian tersebut dilakukan untuk memahami aktivitas manusia di masa lalu.
Mereka menguji tanah dan bekas daerah Maya kuno yang digali jauh di bawah permukaan tanah. Data gabungan dari tes ini menunjukkan sebagian besar situs Maya memiliki sejumlah pengayaan merkuri di tanah yang terkubur. Tujuh dari sepuluh lokasi ditemukan memiliki kadar merkuri yang sama atau melebihi tolok ukur modern untuk toksisitas lingkungan.
Baca Juga: Pengorbanan Anjing Sebagai Ritus Masyarakat Meksiko Pra-Hispanik
Baca Juga: Artefak di Semenanjung Yucatan Mengungkap Rahasia Pesisir Maya Kuno
Baca Juga: Perubahan Iklim dan Konflik Menghancurkan Kota Pra Sejarah Mayapan
Lokasi dengan merkuri yang tinggi biasanya merupakan area yang diduduki Maya, termasuk teras rumah tangga. Ini berasal dari Zaman Klasik Akhir (600-900 Masehi). Merkuri juga masuk ke beberapa sumber air minum termasuk reservoir pusat di Tikal.
Di lokasi yang lebih kompleks, peningkatan kadar merkuri mungkin merupakan hasil dari input modern dan kuno. Misalnya, tidak jelas apakah merkuri yang terdeteksi di pulau Maya pemukiman Marco Gonzalez (juga di Belize) berasal dari zaman kuno atau modern.
Menurut Dunning, para arkeolog belum mencari merkuri di sisa-sisa kerangka situs permakaman Maya. Bubuk cinnabar sering ditaburkan di seluruh sisa-sisa bangsawan dan elit sehingga meresap ke dalam tulang. Jika sudah meresap ke tulang, pencarian merkuri di permakaman mungkin lebih sulit dilakukan.
Untuk penelitian masa depan di situs penggalian Maya, penulis penelitian merekomendasikan untuk mengambil tindakan pencegahan. “Seperti teknik mitigasi dan alat pelindung, untuk menjaga para arkeolog tetap aman,” tambah Dunning.
Merkuri adalah logam berat beracun. Di alam, merkuri dapat terakumulasi dan menumpuk melalui rantai makanan. Pada akhirnya kondisi ini akan mengancam kesehatan manusia dan ekosistem.
Pada abad terakhir, aktivitas manusia meningkatkan konsentrasi merkuri di atmosfer sebesar 300-500% di atas tingkat alami. Kontaminasi logam tampaknya merupakan efek dari aktivitas manusia sepanjang sejarah. Seperti yang terjadi pada masyarakat Maya kuno.
Rahasia Mengontrol Populasi Nyamuk: Aedes aegypti Jantan Tuli Tidak Bisa Kawin!
Source | : | Smithsonian Magazine,The Conversation |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR