Nationalgeographic.co.id – Namor (Tenoch Huerta), pemimpin bangsa Talocan menjadi salah satu karakter baru di film Black Panther 2: Wakanda Forever 2022. Dia juga disebut sebagai Ku'ku'lkan yang berarti Dewa Ular Berbulu. Namun ada hal menarik di balik kemunculannya ini. Faktanya nama Talocan diambil dari referensi kepercayaan Mesoamerika, yaitu suku Maya dan Aztek. Tlaloc (Tlá-lock) adalah dewa hujan Aztec dan salah satu dewa paling kuno dan tersebar luas di seluruh Mesoamerika. Sementara dewa hujan bagi suku Maya disebut Chaac.
Dalam mitologi suku Aztec, Tlaloc dianggap hidup di puncak pegunungan, terutama yang selalu tertutup awan; dan dari sana dia menurunkan hujan yang menghidupkan kembali kepada orang-orang di bawah. Dewa hujan ditemukan di sebagian besar budaya Mesoamerika, dan asal mula Tlaloc dapat ditelusuri kembali ke Teotihuacan dan Olmec.
Karakteristik Tlaloc
Dewa hujan adalah salah satu dewa terpenting Aztec, yang mengatur bidang air, kesuburan, dan pertanian. Tlaloc mengawasi pertumbuhan tanaman, terutama jagung, dan siklus musim yang teratur. Dia mengatur urutan 13 hari dalam kalender ritual 260 hari yang dimulai dengan hari Ce Quiauitl (Satu Hujan). Permaisuri wanita Tlaloc adalah Chalchiuhtlicue yang memimpin danau dan sungai air tawar.
Arkeolog dan sejarawan berpendapat bahwa penekanan pada dewa terkenal ini adalah cara penguasa Aztec untuk melegitimasi kekuasaan mereka atas wilayah tersebut. Untuk alasan ini, mereka membangun sebuah kuil untuk Tlaloc di atas Kuil Agung Tenochtitlan, tepat di sebelah kuil yang didedikasikan untuk Huitzilopochtli, dewa pelindung Aztec.
Kuil di Tenochtitlan
Kuil Tlaloc di Templo Mayor mewakili pertanian dan air; sedangkan kuil Huitzilopochtli mewakili peperangan, penaklukan militer, dan upeti. Ini adalah dua kuil terpenting di ibu kota mereka.
Kuil Tlaloc menampilkan pilar-pilar bertuliskan simbol mata Tlaloc dan dicat dengan serangkaian pita biru. Pendeta yang ditugaskan merawat kuil adalah Quetzalcoatl Tlaloc tlamacazqui, salah satu pendeta paling tinggi dalam agama Aztec. Banyak ditemukan persembahan yang terkait dengan kuil ini, yang berisi pengorbanan hewan air dan artefak seperti benda giok, yang terkait dengan air, laut, kesuburan, dan dunia bawah.
Sebuah Tempat di Surga Aztec
Tlaloc dibantu oleh sekelompok makhluk gaib yang disebut Tlaloques yang memasok bumi dengan hujan. Dalam mitologi Aztec, Tlaloc juga merupakan gubernur Matahari Ketiga, atau dunia, yang didominasi oleh air. Setelah banjir besar, Matahari Ketiga berakhir, dan manusia digantikan oleh hewan seperti anjing, kupu-kupu, dan kalkun.
Baca Juga: Singkap Misteri Aztec: Kabar Temuan Penggalian Piramida Keramat
Baca Juga: Aztec Percaya, Manisnya Cokelat Adalah Karunia dari sang Dewa
Baca Juga: Mengapa Pengurbanan Manusia Sering Dilakukan di Masa Lampau?
Dalam agama Aztec, Tlaloc mengatur langit atau langit keempat, yang disebut Tlalocan, "Tempat Tlaloc". Tempat ini digambarkan dalam sumber Aztec sebagai surga bagi mereka yang telah meninggal karena penyebab yang berhubungan dengan air serta untuk anak-anak yang baru lahir dan wanita yang meninggal saat melahirkan.
Upacara dan Ritual
Upacara terpenting yang didedikasikan untuk Tlaloc disebut Tozoztontli dan diadakan pada akhir musim kemarau, pada bulan Maret dan April. Tujuan mereka adalah untuk memastikan hujan melimpah selama musim tanam.
Salah satu ritual yang paling umum dilakukan selama upacara tersebut adalah pengorbanan anak-anak, yang menangis dianggap bermanfaat untuk mendapatkan hujan. Air mata anak-anak yang baru lahir, yang terkait erat dengan Tlalocan, adalah murni dan berharga.
Salah satu persembahan yang ditemukan di Templo Mayor, kuli utama di Tenochtitlan termasuk sisa-sisa sekitar 45 anak yang dikorbankan untuk menghormati Tlaloc. Anak-anak ini berusia antara dua dan tujuh tahun dan sebagian besar tetapi tidak seluruhnya laki-laki. Ini adalah deposit ritual yang tidak biasa, dan arkeolog Meksiko Leonardo López Luján telah menyarankan bahwa pengorbanan itu secara khusus untuk menenangkan Tlaloc selama kekeringan hebat yang terjadi selama pertengahan abad ke-15 M.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | ThoughtCo. |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR